Keindahan cinta bukan karena seberapa besar dan banyak kau berikan sesuatu padanya melainkan seberapa kuat kalian bertahan dalam suka maupun duka

Kamis, 17 November 2016

Bubur Ayam di Minggu Pagi

Istriku,
Minggu pagi kemarin, kita berdua menikmati bubur ayam, ditemani rintih-rintih hujan yang menambah kemesraan.  Sebenarnya sangat jarang kita makan pagi pakai bubur ayam, entah karena tak suka atau hanya sekedar tak ingin saja. Namun, saat itu seolah menjadi hal wajib, bubur ayam adalah menu yang harus disantap di pagi hari. Iya, itu karena aku kurang enak badan. Kamu yang tak biasa makan bubur ayam akhirnya harus menemaniku makan itu.
“Mau makan apa beb?” katamu
“Terserah beb, nggak usah masak ya” jawabku
“Kan beb sakit, kita makan bubur ayam saja, gimana?” sahutmu
“nggak papa makan bubur ayam?” tanyaku seolah ingin memperjelas maksudmu
“iya beb, makan bubur ayam aja” katamu
“beli dimana?” tanyaku
“aku sih taunya di depan kantorku hehehe” jawabmu
“jauuhh, di sini aja, depan pesantren” aku yang yakin saat itu ada bubur ayam di depan pesantren
“emang ada disana?” tanyamu seolah ragu dengan perkataanku
“ada kok beb” jawabku yakin
“ya udah, ayo” sahutmu
Dan akhirnya kita berdua berjalan sepayung berdua di tengah gerimis yang menemani. Aku heran juga, aku kok sampai yakin di depan pesantren ada penjual bubur ayam. Itulah aku beb, yang seolah selalu meyakinkan meskipun aku tak tahu benar apa salah hehehe, and you know me my sweety.
Sesampai di depan pesantren, kamu agak tertawa, iya aku ingat itu. Mungkin kamu menertawakan keyakinanku yang salah mengenai penjual bubur ayam. Ahhh...entahlah namun saat itu kita bahagia dan terus saja berjalan di tengah rintih-rintih hujan. Terus melaju mencari penjual bubur ayam.
“Itu penjual bubur ayam beb” kataku menunjuk penjual  bubur ayam di sebelah timur pesantren
“Oww iya beb, kita kesana gimana?” tanyamu
“ayo dicoba” kataku
Namun saat itu tak ada sate ati ampela atau usus disana. Kamu tahu jika tanpa itu kurang lengkap dan aku tak suka.
“jika makan bubur ayam tanpa sate itu tak lengkap” katamu tiba-tiba setalah kita tak jadi beli disana
“kata siapa itu?” tanyaku
“kata papa biant hehe” jawabmu
“kapan aku bilang beb?” tanyaku heran
“waktu itu, saat kita makan bubur ayam di depan kantor” jawabmu
“owww iya ya aku aja nggak ingat hehehe” sahutku
Kitapun segera melanjutkan perjalanan menuju penjual bubur ayam depan kantormu. Kamu yang mengira kita akan pulang dahulu mengambil motor baru kesana, namun aku bilang kita berjalan saja, dan akhirnya kamu mengatakan ini sebagai CFD kita.
Beb,
Bahagia sekali yang kurasakan saat itu. Kita berjalan sepayung berdua, melewati guyuran gerimis yang menambah suasana romantis. Diselingi cerita cerita kita hingga bercanda tawa, tak terasa kita sudah sampai di tempat penjual bubur ayam. Alhamdulillah saat itu si penjual tetap buka. Hal pertama yang kamu tanyakan ke penjual itu pastinya sate. Jika ada kita beli, jika tak ada kita pergi, itu mungkin gambaran kejadiaan waktu itu.
Masih di bawah guyuran rintih-rintih hujan, kita berdua makan didepan kantor bank mandiri. Menikmati Minggu pagi bersama, berdua, dan penuh cinta. Bubur ayam yang telah lama tak kita nikmati, akhirnya menjadi menu spesial romantisme rumah tangga kita di Minggu pagi. Terima kasih my sweety, kau selalu hadirkan senyum kebahagiaan di rumah tangga ini, apapun keadaan dan kondisinya, kamu selalu membuat aku bahagia menjadi Pangeran Cinta.


Jakarta, 17 November 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Topi AFM 2

Upluk coklat adalah upluk yang pertama kali kami beli saat car free day hari Minggu di Telaga Golf. Saat itu usia Dede Fayy masih 4 bulan. ...