Istriku,
Minggu pagi kemarin,
kita berdua menikmati bubur ayam, ditemani rintih-rintih hujan yang menambah
kemesraan. Sebenarnya sangat jarang kita
makan pagi pakai bubur ayam, entah karena tak suka atau hanya sekedar tak ingin
saja. Namun, saat itu seolah menjadi hal wajib, bubur ayam adalah menu yang
harus disantap di pagi hari. Iya, itu karena aku kurang enak badan. Kamu yang
tak biasa makan bubur ayam akhirnya harus menemaniku makan itu.
“Mau makan apa beb?”
katamu
“Terserah beb, nggak
usah masak ya” jawabku
“Kan beb sakit, kita
makan bubur ayam saja, gimana?” sahutmu
“nggak papa makan bubur
ayam?” tanyaku seolah ingin memperjelas maksudmu
“iya beb, makan bubur
ayam aja” katamu
“beli dimana?” tanyaku
“aku sih taunya di depan
kantorku hehehe” jawabmu
“jauuhh, di sini aja,
depan pesantren” aku yang yakin saat itu ada bubur ayam di depan pesantren
“emang ada disana?”
tanyamu seolah ragu dengan perkataanku
“ada kok beb” jawabku
yakin
“ya udah, ayo” sahutmu
Dan akhirnya kita berdua
berjalan sepayung berdua di tengah gerimis yang menemani. Aku heran juga, aku
kok sampai yakin di depan pesantren ada penjual bubur ayam. Itulah aku beb,
yang seolah selalu meyakinkan meskipun aku tak tahu benar apa salah hehehe, and you know me my sweety.
Sesampai di depan
pesantren, kamu agak tertawa, iya aku ingat itu. Mungkin kamu menertawakan
keyakinanku yang salah mengenai penjual bubur ayam. Ahhh...entahlah namun saat
itu kita bahagia dan terus saja berjalan di tengah rintih-rintih hujan. Terus melaju
mencari penjual bubur ayam.
“Itu penjual bubur ayam
beb” kataku menunjuk penjual bubur ayam
di sebelah timur pesantren
“Oww iya beb, kita
kesana gimana?” tanyamu
“ayo dicoba” kataku
Namun saat itu tak ada
sate ati ampela atau usus disana. Kamu tahu jika tanpa itu kurang lengkap dan
aku tak suka.
“jika makan bubur ayam
tanpa sate itu tak lengkap” katamu tiba-tiba setalah kita tak jadi beli disana
“kata siapa itu?”
tanyaku
“kata papa biant hehe”
jawabmu
“kapan aku bilang beb?”
tanyaku heran
“waktu itu, saat kita
makan bubur ayam di depan kantor” jawabmu
“owww iya ya aku aja
nggak ingat hehehe” sahutku
Kitapun segera
melanjutkan perjalanan menuju penjual bubur ayam depan kantormu. Kamu yang
mengira kita akan pulang dahulu mengambil motor baru kesana, namun aku bilang
kita berjalan saja, dan akhirnya kamu mengatakan ini sebagai CFD kita.
Beb,
Bahagia sekali yang
kurasakan saat itu. Kita berjalan sepayung berdua, melewati guyuran gerimis
yang menambah suasana romantis. Diselingi cerita cerita kita hingga bercanda
tawa, tak terasa kita sudah sampai di tempat penjual bubur ayam. Alhamdulillah
saat itu si penjual tetap buka. Hal pertama yang kamu tanyakan ke penjual itu pastinya
sate. Jika ada kita beli, jika tak ada kita pergi, itu mungkin gambaran
kejadiaan waktu itu.
Masih di bawah guyuran
rintih-rintih hujan, kita berdua makan didepan kantor bank mandiri. Menikmati
Minggu pagi bersama, berdua, dan penuh cinta. Bubur ayam yang telah lama tak
kita nikmati, akhirnya menjadi menu spesial romantisme rumah tangga kita di
Minggu pagi. Terima kasih my sweety, kau selalu hadirkan senyum kebahagiaan di
rumah tangga ini, apapun keadaan dan kondisinya, kamu selalu membuat aku
bahagia menjadi Pangeran Cinta.
Jakarta, 17 November
2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar