Intonasi
Suara dan Gunakan Suara Ramah
Kali ini saya
berkesempatan untuk belajar mempraktikkan komunikasi produktif kepada anak. Alhamdulillah
Allah memberikan pertumbuhan dan perkembangan pada Zahra dengan sangat baik. Saat
ini, anak kami berusia 13 bulan. Banyak sekali tingakahnya yang lucu, menggemaskan,
dan membuat diri semakin belajar sabar.
I
|
:
|
Ibu
|
Z
|
:
|
Zahra
|
I
|
:
|
Neng, ibu ke
dapur dulu ya, mau bikin sarapan, neng main sendiri dulu ya..
|
Qadarullah, hari ini suami dinas ke luar kota dan
yang “momong” sedang ada keperluan sehingga tidak masuk
|
||
Z
|
:
|
Diam, tak ada anggukan ataupun apa, dia sibuk
memainkan mainannya
|
Saking asyiknya
beraktivitas di dapur, saya tak melihat Zahra masuk ke dalam kamar. Setelah
beberapa saat, saya baru sadar, ko ga ada suara ya. Lalu saya mengecek ke
tempat bermainnya Zahra, di sana yang ada hanya mainan. Lalu saya mengecek ke
kamar, dan ternyata….
I
|
:
|
Masya Allah……solehah…..
Lagi ngapain???
Itu baju yang udah di setrika ko di keluar-keluarin? Subhanallah…..
Saya berusaha mengendalikan diri
Beberapa saat menatap wajah polos Zahra yang
ekspresinya begitu bahagia melihat bajunya ada di luar tempat semestinya.
Solehah sayang,
yuk kita masukin bajunya ke lemari lagi ya…
Sini-sini ibu
contohin ya…Neng lihat ya…
|
Z
|
:
|
Sepersekian detik dia memperhatikan lalu mencoba
memasukkan bajunya
Namun belum berhasil dengan rapi
Alhasil, ibunya lah yang membereskan
|
Setelah makanan
siap, saya dan Zahra makan. Awalnya semua sesuai harapan, Zahra duduk manis dan
mau mengunyah, saya juga bisa makan dengan santai, namun beberapa menit
kemudian, dia mulai ingin memainkan makanannya. Saya melarang dia dengan cara
menarik piringnya, namun ternyata dia mengeluarkan jurus menolak untuk disuapi.
Dia
menyendoki makanannya sendiri dan bergaya menyuapi saya. Saat dia menyuapi
saya, saya pun berusaha memasukkan makanan ke mulutnya. Alhamdulillah berhasil,
walupun endingnya lantai menjadi
lengket karena banyak nasi yang berjatuhan.
Beres makan,
saya memberinya minum dengan menggunakan gelas. Saat ini, dia sedang berada
dalam fase ingin memegang gelasnya sendiri.
I
Z |
:
: |
Oke, baiklah nak, jika itu yang kau mau, ini sendoknya, kamu boleh memainkannya.
Dengan cepat, Zahra mengambil sendok yang saya berikan |
I
|
:
|
Gapapa sayang, nasimu berantakan, yang penting perutmu terisi
Lantai kotor biar nanti ibu yang membersihkannya lagi |
I
|
:
|
Neng, minumnya
pelan-pelan ya…
|
Z
|
:
|
Dia berusaha minum sendiri
Baju yang baru di ganti, akhirnya basah juga…
|
I
|
:
|
Ya Allah….solehah…bajunya
basah…
Bajunya ganti
lagi ya sayang….
|
Z
|
:
|
Ekspresi bahagia karena berhasil minum sendiri
walaupun belum sempurna
|
Setelah semua
beres, dia tiba-tiba menyodorkan saya sepatu.
I
|
:
|
Apa sayang???
Mau dipakein
sepatunya???
Neng mau ke
mana???
|
Z
|
:
|
Dia hanya duduk dan menyerahkan kakinya untuk
dipakaikan sepatu
|
I
|
:
|
Sini ibu
pakein ya,,, pake yang kanan dulu ya sayang..
Saya memakaikan sepatu kanan
Nih…yang kanan
udah beres, sekarang yang kiri ya…
Saya memakaikan sepatu kiri
|
Setelah itu,
Zahra mengajak keluar untuk bermain.
Setiap anak memiliki
gaya komunikasi yang unik, di usia anak kami, mungkin dia tidak memahami
perkataan saya, tetapi dia tidak pernah salah meng-copy. Gaya komunikasi anak bisa menjadi cerminan gaya komunikasi
orangtuanya, maka orangtualah yang harus belajar gaya komunikasi yang produktif
dan efektif. Bukan memaksa anak untuk
memahami gaya komunikasi orangtuanya. Orangtua pernah menjadi anak-anak, tetapi
anak-anak belum pernah menjadi orangtua, sehingga sudah sangat wajar kalau orangtua
yang harus memahami anak.
#hari6
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsay
#institutibuprofesional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar