Keindahan cinta bukan karena seberapa besar dan banyak kau berikan sesuatu padanya melainkan seberapa kuat kalian bertahan dalam suka maupun duka

Senin, 28 November 2016

Ingin Ini, Ingin Itu, Nyidamkah???

Satu kata yang terbiasa kudengar saat teman atau orang lain sedang hamil, Nyidam. Iya kata itu tak asing bagi semua orang. Kata yang terbiasa dikaitkan dengan wanita hamil. Membuat suami harus rela mencari kemanapun, yang penting harus mendapatkan yang diinginkan istri. Jika tak dituruti, kata orang jaman dulu, nanti anaknya Ngiler. Ahh....entahlah, lucu sih, tapi benar atau nggak nya mitos itu i don’t know.

Keinginan untuk ini dan itu sekarang terjadi padamu istriku. Kejadian-kejadian yang menurutku aneh muncul di setiap kebersamaan kita. Tiba-tiba kamu ingin pempek palembang, ingin seblak bandung, ingin bubur kacang ijo, ingin makan daging dan lain sebagainya. Mungkin jika orang membaca tulisanku ini akan berpendapat biasa saja, toh wajar saja. Namun bagiku, hal-hal seperti ini sangat aneh. Kamu yang semenjak kita nikah, tak pernah makan bubur kacang ijo, tiba-tiba terbelesit keinginan memakannya. Kamu yang tak suka pedes, tiba-tiba bilang minta seblak bandung, yang pedes pula, sampai aku minta pedesnya sedang saja, takut kamu kena diare seperti biasanya kalau makan makanan pedas. Dan apa tanyamu di rumah ketika kubelikan itu, sungguh membuatku kaget
“beb, emang pedesnya segini ya?”
“whaaattt???” dalam hatiku bertanya-tanya penuh keheranan
“nggak sih beb, aku minta sedang, takut kamu diare kalau kepedesan hehe” kataku padamu

Dan saat itu senyuman khasmu kamu berikan kepadaku. Entahlah apa arti dari itu semua, namun aku senang beb, senang sekali. Kamu yang minta ini dan itu membuatku bersemangat, membuatku ingin memenuhinya.

Terlepas dari mitos para orang jaman dahulu, tingkah laku dan keinginanmu itu sungguh membuatku bahagia. Kamu yang tak biasa makan banyak, akhir-akhir ini makan begitu lahapnya. Masih ingat kan saat kita makan pempek palembang di jalan haji Nawi Raya? Disitu kamu pesan semua jenis pempek (campur) kapal selam satu, lonjor 2 dan apalah aku tak tahu namanya. Banyak banget menurutku, bahkan aku saja sampai tak bisa menghabiskan semuanya. Dan kamu dengan santainya menghabiskan semua jenis pempek. Luar biasa, itu yang ada di fikiranku saat itu, heran, syok dan benar-benar senang juga.

Masih banyak lagi hal-hal aneh akhir-akhir ini yang kamu alami, sampai aku pun tak bisa menyebutkan satu persatu. Namun di balik keanehan itu, sungguh kamu membuatku bangga. Bahkan sampai berharap, kedepannya bisa seperti ini terus. Kamu yang ingin ini dan itu tanpa ragu minta padaku. Terima kasih sayang, keinginanmu adalah sebuah berkah dari Allah untukku, dan perjuanganku untuk mendapatkan apa yang kamu mau membuat aku merasa menjadi suami yang ingin memperhatikan istri tercinta. If you want anything, just let me know, i will give you everything you want because i love you my sweety.

Jakarta, 28 November 2016

Senin, 21 November 2016

Istriku, Yuk Kita Bersiap Dipanggil Ayah dan Ibu

Alhamdulillah, kata yang kuucapkan di hari Rabu waktu subuh, saat melihat hasil testpack yang kita beli malam hari menunjukkan garis dua “positif”. Tangisan haru mengiringi pelukan mesra kita, aku tak kuasa, linangan air mata bahagia benar-benar terjadi. Bagiku inilah keajaiban, ini anugerah terbesar dari Allah untuk kita, istriku. Waktu itu antara percaya dan tak percaya, suasana yang banar-benar haru, seakan kita benar-benar berada di surga.

“Aku masih belum percaya beb, beneran nggak ya?” katamu yang seolah belum percaya hasilnya
“Kalau aku percaya saja, toh buat apa kita beli alatnya itu” jawabku dengan keyakinan “Atau nanti kita beli lagi alatnya, gimana?” sahutku
“iya beb, nanti beli lagi ya” katamu
“Terus, Sabtu kita priksa beb, ke dokter” kataku langsung, yang  ingin benar-benar meyakinkanmu
“dimana beb?” katamu
“Di depok aja, kan kita mau tinggal disana, biar sekalian dan dekat” sahutku
“ok lah, ke depok aja” jawabmu

Pagi hari di kantor, aku browsing-browsing internet, mencari dokter kandungan, rumah sakit terdekat dengan rumah, sampai tanya teman terkait pemeriksaan kandungan. Aku merasa benar-benar bahagia saat itu sayang, aku bahagia. Aku ingin memeberikan yang terbaik buat kamu dan buah hati kita kelak. Dan seperti semua orang bilang, aku pun ingin menjadi Ayah yang SIAGA “Siap Antar Jaga”. Ya aku ingin menyiapkan diriku menjadi ayah buat bayi kita, ingin mengantarmu mendapatkan pelayanan terbaik, dan pasti ingin menjaga kandungan di dalam rahimmu.

Hari Sabtu pun tiba, kita bersiap pergi ke RSIA Asyifa Medical Center Depok. Iya, kita pilih disana dengan pertimbangan dekat dari rumah kita, Rumah Sakit Islami, dokter perempuan dan lain sebagainya. Apakah kamu tahu istriku, saat sampai disana, mulai pendaftaran dan menunggu dipanggil, hatiku benar-benar bergetar. Aku tak tahu kenapa, seolah hatiku berdegup kencang, persis seperti saat aku mengungkapkan ingin menikahimu dulu, iya itu yang kualami istriku. Hingga panggilan namamu oleh asisten dokter, dan kita masuk ke dalam, hatiku masih bergetar. Lafadz taawud dan basmalah tak henti-hentinya keluar dari mulutku, berharap kamu benar-benar positif hamil.
“Gimana dok, positif?” tanyaku ke dokter, tak sabar ingin tahu saat ia memeriksamu dengan USG
“iya pak, ini pak coba dilihat ada di bagian sini” kata dokter menunjukkan gumpalan daging yang terdeteksi USG, yang membuatku benar-benar bersyukur atas nikmat Allah
“kuat nggak dok kandungannya?” tanyaku lagi
“nanti satu bulan lagi balik kesini agar bisa tahu lebih lanjut, dan lebih besar” jawab dokter
“oww iya dok, sudah berapa minggu usianya?” tanyaku yang ingin tahu
“kalau dilihat disini 4 minggu pak” jawab dokter sambil mengukur atau apalah yang dilakukan di alat tersebut
Setelah mendengarkan penjelasan dokter, kitapun keluar dengan penuh kebahagiaan dan penuh harapan agar kelak buah hati kita bisa terlahir ke dunia ini dengan selamat. “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman)

Istriku, marilah kita bersiap menjadi Ayah dan Ibu. Saling menjaga diri, seperti yang aku bilang kemarin waktu belanja, “aku ingin kalau kamu capek bilang ya beb, jangan dipaksa, karena sekarang kamu harus memikirkan dua orang, dirimu dan anak kita, aku akan menjagamu dari luar, dan kamu menjaga dari dalam”.

Istriku, kerinduan akan tangisan bayi akan segera terpenuhi. Kehadiran sang buah hati akan segera menghiasi hari-hari kita. Mari kita sama-sama menjaga dan merawat sejak segumpal daging yang ada di rahimmu ada, mari kita selalu penuhi dia dengan ayat-ayat Cinta Allah Azza Wajalla, dan tak lupa selalu berikan yang terbaik untuknya. Bismillah atas ridho Allah, bersiaplah istriku, panggilan ayah dan ibu akan menggema setiap sudut rumah kita, amiinnn.

“Ya Allah, terima kasih Engkau anugerahkan kehamilan istriku ini. Segala puji milik-Mu Ya Allah, Engkau telah menjawab doa-doa kami. Terima kasih Engkau telah percaya kami untuk menerima amanah ini, insyaAllah kami akan berusaha menjaga baik-baik amanah ini, bantulah kami Ya Allah, bimbinglah kami, ridhoilah kami, agar kami kelak bisa menjadi Ayah dan Ibu yang senantiasa mendekatkan buah hati kami kepada-Mu”.


Jakarta, 21 November 2016

Kamis, 17 November 2016

Bubur Ayam di Minggu Pagi

Istriku,
Minggu pagi kemarin, kita berdua menikmati bubur ayam, ditemani rintih-rintih hujan yang menambah kemesraan.  Sebenarnya sangat jarang kita makan pagi pakai bubur ayam, entah karena tak suka atau hanya sekedar tak ingin saja. Namun, saat itu seolah menjadi hal wajib, bubur ayam adalah menu yang harus disantap di pagi hari. Iya, itu karena aku kurang enak badan. Kamu yang tak biasa makan bubur ayam akhirnya harus menemaniku makan itu.
“Mau makan apa beb?” katamu
“Terserah beb, nggak usah masak ya” jawabku
“Kan beb sakit, kita makan bubur ayam saja, gimana?” sahutmu
“nggak papa makan bubur ayam?” tanyaku seolah ingin memperjelas maksudmu
“iya beb, makan bubur ayam aja” katamu
“beli dimana?” tanyaku
“aku sih taunya di depan kantorku hehehe” jawabmu
“jauuhh, di sini aja, depan pesantren” aku yang yakin saat itu ada bubur ayam di depan pesantren
“emang ada disana?” tanyamu seolah ragu dengan perkataanku
“ada kok beb” jawabku yakin
“ya udah, ayo” sahutmu
Dan akhirnya kita berdua berjalan sepayung berdua di tengah gerimis yang menemani. Aku heran juga, aku kok sampai yakin di depan pesantren ada penjual bubur ayam. Itulah aku beb, yang seolah selalu meyakinkan meskipun aku tak tahu benar apa salah hehehe, and you know me my sweety.
Sesampai di depan pesantren, kamu agak tertawa, iya aku ingat itu. Mungkin kamu menertawakan keyakinanku yang salah mengenai penjual bubur ayam. Ahhh...entahlah namun saat itu kita bahagia dan terus saja berjalan di tengah rintih-rintih hujan. Terus melaju mencari penjual bubur ayam.
“Itu penjual bubur ayam beb” kataku menunjuk penjual  bubur ayam di sebelah timur pesantren
“Oww iya beb, kita kesana gimana?” tanyamu
“ayo dicoba” kataku
Namun saat itu tak ada sate ati ampela atau usus disana. Kamu tahu jika tanpa itu kurang lengkap dan aku tak suka.
“jika makan bubur ayam tanpa sate itu tak lengkap” katamu tiba-tiba setalah kita tak jadi beli disana
“kata siapa itu?” tanyaku
“kata papa biant hehe” jawabmu
“kapan aku bilang beb?” tanyaku heran
“waktu itu, saat kita makan bubur ayam di depan kantor” jawabmu
“owww iya ya aku aja nggak ingat hehehe” sahutku
Kitapun segera melanjutkan perjalanan menuju penjual bubur ayam depan kantormu. Kamu yang mengira kita akan pulang dahulu mengambil motor baru kesana, namun aku bilang kita berjalan saja, dan akhirnya kamu mengatakan ini sebagai CFD kita.
Beb,
Bahagia sekali yang kurasakan saat itu. Kita berjalan sepayung berdua, melewati guyuran gerimis yang menambah suasana romantis. Diselingi cerita cerita kita hingga bercanda tawa, tak terasa kita sudah sampai di tempat penjual bubur ayam. Alhamdulillah saat itu si penjual tetap buka. Hal pertama yang kamu tanyakan ke penjual itu pastinya sate. Jika ada kita beli, jika tak ada kita pergi, itu mungkin gambaran kejadiaan waktu itu.
Masih di bawah guyuran rintih-rintih hujan, kita berdua makan didepan kantor bank mandiri. Menikmati Minggu pagi bersama, berdua, dan penuh cinta. Bubur ayam yang telah lama tak kita nikmati, akhirnya menjadi menu spesial romantisme rumah tangga kita di Minggu pagi. Terima kasih my sweety, kau selalu hadirkan senyum kebahagiaan di rumah tangga ini, apapun keadaan dan kondisinya, kamu selalu membuat aku bahagia menjadi Pangeran Cinta.


Jakarta, 17 November 2016

Kamis, 03 November 2016

Surat Cinta Untuk Istriku

Istriku
Seringkali saat kita ngobrol berdua, kau bercerita, teman-temanmu banyak yang bilang, suamimu romantis, kamu beruntung memiliki dia dan lain sebagainya. Hal-hal baik yang mereka tonjolkan dariku untukmu. Bahkan ada juga temanmu yang memanggil sebutanku untukmu, my sweety. Ya karena banyak dari mereka yang membaca tulisan-tulisanku untukmu. Entah berapa kali kamu di “ceng” in mereka dan kau membalasnya dengan senyuman. Namun dari setiap ceritamu, aku lihat pancaran wajahmu begitu bahagia dan senyuman khas dirimu pun mengalir indah di bibirmu.
Jika dilihat dari sudut pandang teman-temanku, kata mereka aku juga beruntung memilikimu. Mereka bilang aku beruntung mendapat istri cantik, sholehah, baik dan sebagainya. Sulit mendapatkan istri seperti Lia, jaga selalu dia, kata teman-temanku itu.
Sayangku
Setiap teman kita mengatakan kita sama-sama beruntung dari sudut pandang yang berbeda. Bagaimanapun itu adalah pandangan mereka terhadapku maupun terhadapmu. Apakah kita sama-sama beruntung? Entahlah, namun aku tak memandang hanya keberuntungan saja. Lebih dari itu aku bangga saat ini aku bisa menjadi suamimu, aku bangga aku bisa mencintaimu, dan aku bangga kita menjalani kehidupan rumah tangga ini. Rasa bangga ku inilah yang bisa menjadi energi dasyat untuk menuliskan kisah kita, menuliskan kata-kata cinta, dan rasa bangga inilah yang membuat aku ingin berbagi kebahagiaan kepada sesama. Istriku, aku bangga memilikimu.

Suamimu

Topi AFM 2

Upluk coklat adalah upluk yang pertama kali kami beli saat car free day hari Minggu di Telaga Golf. Saat itu usia Dede Fayy masih 4 bulan. ...