18 Maret 2019 adalah hari pertama Kakak Zahra merasakan uji coba di TDC yang beralamat di jalan pipit 2. Hal ini kami lakukan bukan tanpa alasan,,, Masa cuti lahiran ibu yang juga berperan sebagai seorang pegawai publik akan segera berakhir. Dua bulan pertama, ibu sangat menikmati kebersamaan dengan Kakak Zahra dan Dede Fayy di rumah. Saat 1 bulan terakhir, ibu dan ayah mulai mencari daycare untuk Kakak.
Saat itu, Mamah Idho belum sanggup untuk momong 2 sekaligus. Kakak Zahra yang sangat aktif bermain di luar rumah sedangkan Dede Fayy yang masih sering bobo di dalam rumah serta kekhawatiran jika Kakak dan Dede nangis bersamaan membuat ayah dan ibu berfikiran tentang daycare.
Mengapa tidak menambah khodimah?
Karena kami sudah merasa sangat cocok dengan Mamah Idho dan tak ingin ada khodimah yang baru.
Kenapa kami tidak memanggil mbah atau nenek dari kampung?
Karena kami tak ingin merepotkan mereka yang sudah berusia lanjut dan yang paling utama karena kami tak ingin melakukan dosa secara halus.
Kenapa ibu tidak di rumah saja?
Karena ibu belum bisa resign dari tempat kerja dan masih ingin membahagiakan orang tua yang telah berkorban menyekolahkan ibu dengan susah payah.
Akhirnya ayah dan ibu googling, mencari referensi daycare di depok yang rekomendasi.
Data daycare sudah kami dapatkan,
Ada yang bagus tapi jauh
Ada yang dekat tapi sudah tidak opersional
Akhirnya ibu bersama mamah idho survey pada salah satu daycare bernama TDC yang jaraknya hanya 5.3 km dari rumah. TDC memiliki program yang mengarah ke spiritual serta memiliki izin operasional.
Suryey TDC kedua bersama Ayah dan diambil keputusan untuk uji coba selama 1 minggu dengan biaya perminggu.
H-1, ibu dan ayah menyiapkan segala sesuatu untuk kebutuhan Kakak Zahra, makanan ringan, botol minum, mukena, baju, alat mandi, ojek pengantar jemput, dan lain sebagainya.
Hari yang ditunggu pun tiba. Ibu bertekad, selama masih ada di rumah, ibu yang akan mengantar dan menjemput Kakak Zahra di TDC.
Pukul 07.00 ojek jemputan datang, saat itu tumben-tumbennya Kakak Zahra tak mau naik motor dan menangis.
Tiba di TDC, Kakak Zahra turun dari ojek dan melihat lihat situasi dan kondisi. Mumpung Kakak Zahra anteng, ibu pergi ke ruang kantor untuk menyerahkan berkas administrasi. Belum 5 menit ditinggal, suara tangis khas Kakak terdengar oleh telinga ibu.
Secepat mungkin ibu menghampiri Kakak Zahra dan memeluknya.
"Kak, Kakak main di sini dulu ya, nanti sore ibu jemput, kakak yang anteng ya di sini"
Kakak Zahra pun semakin kencang memeluk dan menangis...
Tak terasa, ibu pun merasakan hujan di sudut mata. Tak kuat untuk meninggalkanmu.
"Di awal sudah saya sampaikan, bunda harus ikhlas menitipkan anaknya kepada kami, saya percaya dengan tim saya, insya Allah amanah", suara pimpinan TDC memecahkan suasana haru kala itu.
"Bunda boleh menemani Kakak Zahra dulu bermain di dalam, tapi jika semakin lama di temani, nanti akan semakin sulit untuk dilepas" tambah pimpinan TDC
Ibupun menuruti perkataannya.
Tak lama menemanimu bermain, ibu izin pamit dan mencium Kakak Zahra. Walaupun belum lancar berbicara, tapi Kakak Zahra sudah mengerti apa yang ibu sampaikan. Kakak pun menangis kembali. Dengan sangat berat hati, ibu pun pulang menggunakan ojek online tanpamu.
Sore hari saat ibu menjemputmu, Kakak selalu menangis dan memeluk ibu. Ibu merasakan perbedaan sikap dari Kakak Zahra. Kakak Zahra menjadi kurang ceria, penakut jika bertemu dengan orang baru, tak ingin lepas tangan jika berjalan kaki, selalu bilang takut, takut, takut.
Ibu melaporkan hasil evaluasi sikap Kakak Zahra selama di TDC kepada ayah melalui telepon karena saat itu qadarullah ayah sedang DL di bekasi. Sungguh cepat dan bijaknya ayah dalam mengambil keputusan. Kakak Zahra tidak perlu ke TDC lagi karena dikhawatirkan trauma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar