Keindahan cinta bukan karena seberapa besar dan banyak kau berikan sesuatu padanya melainkan seberapa kuat kalian bertahan dalam suka maupun duka

Selasa, 27 September 2016

Memanjakanmu sebagai Ladang Ibadahku

Pagi ini sama seperti pagi hari biasanya. Pagi yang cerah dengan mentarinya yang tampak bersinar. Dipenuhi lalu lalang kendaraan, dari anak sekolah sampai pekerja harian. Namun, di pagi yang cerah ini, kita harus berpisah untuk sementara. Kamu yang harus pergi ke jogja sedangkan aku harus stay di jakarta.
Seperti biasa beb, setiap kamu akan kegiatan, kamu menggebu-gebu. Bangun malam menyetrika pakaianmu dan pakaian yang akan kugunakan sampai kamu pulang. Tak lupa kamu berusaha memasak demi kita bisa makan di pagi hari. Dan ketika ku bangun pun kamu sudah selesai dengan setrikaanmu.
"Bangun jam berapa beb?" Kataku setelah aku bangun tidur
"Jam 3 beb hehe" jawabmu
Lalu kitapun akhirnya sholat jamaah dilanjut mengaji seperti hari-hari biasanya.
Entah darimana tenagamu, kamu tak tampak mengantuk ataupun lelah. Aku pun kamu buat keheranan akan sifatmu. Selesai sholat kamu langsung mengambil peralatan masak. Ketika itulah saat dimana aku ingin kamu istirahat, menikmati pagi ini dengan kemesraan. Menikmati pagi ini dengan menatap wajah tercantikmu, istriku.
"Beb, nggak usah masak ya?" Kataku tiba-tiba saat kamu akan keluar kamar
"Kenapa beb?" Jawabmu
"Mau masak apa?" Selaku
"Itu ada di kulkas beb" jawabmu
"Pagi ini nggak usah masak ya? Kita beli di luar aja, di nasi uduk hehe" kataku sambil mengingatkanmu saat pagi hari dulu aku ke kosmu dan kita makan di nasi uduk dekat kosmu
Kau tampak tersenyum gembira, entah apa yang kau rasakan, namun yang aku tahu kamu merasakan kebahagiaan karena permintaanku.
Akhirnya di pagi hari itu kita bisa berdua. Menikmati setiap detik dalam setiap tatapan mata. Kau yang bersandar di dadaku sambil bermanja ria penuh cinta. Kita tertawa bersama, cerita-cerita, dalam pelukan mesra yang tak mau sama-sama melepasnya.
Namun aku tahu, kamu harus berangkat setengah tujuh bersama teman-tenanmu.
"Beb udah jam 6 ini, jadi berangkat nggak?" Kataku mengingatkanmu
"Entar dulu beb, aku masih ingin begini" sahutmu sambil memelukku
"Ya udah, entar dulu" kataku
"Terima kasih papa biant" tiba-tiba kamu mengucapkan itu padaku
"Sama-sama sayang, terima kasih buat apa? Hehe" ucapku padamu
"Ya karena kita bisa berdua begini hehehehe" sahutmu  dengan penuh manja dan kusambut dengan kecup keningmu
Waktu di jam dinding menunjukkan pukul 6.15, kini saatnya aku mengantarmu ke tempat temaan-temanmu. Dan sebelum itu, dalam perjalanan menuju tempat janjian, kita makan di nasi uduk kenangan. Warung nasi uduk sederhana di pinggir jalan yang hanya buka di pagi hari.
Kita pun makan dengan lahapnya, nasi uduk lauk telur, tahu, mie, dan oseng tempe menjadi menu andalan kita. Ditambah minuman teh tawar hangat, membuat pagi ini menjadi istimewa karena kehangatan cinta kita. Selesainya makan, kita melanjutkan perjalanan.
"Entar belok kanan beb" katamu di motor
"Iya sayang, ok deh" sahutku
"Namun yang depan ya, jangan yg sini, hahahaha" seketika kita tertawa, teringat saat kita pernah salah belok akhirnya tak sampai ke tempar tujuan
Sesampainya di tempat tujuan, teman-temanmu pun sudah ada, kini saatnya kita harus berpisah sementara. Dan seperti biasa setiap akan berpisah, salam terindah kita, kuusap wajahmu menggunakan tanganku dengan kelembutan dan penuh cinta, begitupun kamu sebaliknya. Tangan lembutmu terusap di wajahku yang membuat hati ini tentram dan terasa damai di dalamnya. Terima kasih sayangku, kamu hadir memenuhi hari-hariku dengan penuh kasih sayang dan cinta. Kamu yang tak pernah lelah untuk berbakti pada suamimu. Dan terima kasih karena kamu mengijinkanku untuk memanjakanmu di pagi ini. Karena bagiku, memanjakanmu adalah sebagai ladang ibadah buatku. Love you my sweety, hati-hati di jogja. Salam hangat penuh cinta dari suamimu di Jakarta.

Ditulis di bangku nomer 2 KPPN Jakarta III
Selasa, 27 September 2016

Selasa, 20 September 2016

Warteg Cinta


Sejak pertama mengenalmu kita tak sering berjumpa, bertegur sapa pun hanya via bbm saja, namun cerita tentangmu selalu ada. Berbagai macam alasan kucari untuk bertemu denganmu. Mulai mengantar susu hingga kelebihan buah dalam kulkasku.
Namun hari itu terasa istimewa, hari dimana kita punya waktu berdua. Bisa bersenda gurau, berbagi cerita dan tertawa bersama. “Aku mau kesana teh, pyan dimana?” kataku lewat bbm. “Aku masih di kantor mas, kapan kesini?” jawabmu. Akupun menjawab “insyaAllah habis magrib, nanti ke kost atau aku ke kantor pyan?”, “ke kantor saja ya mas” katamu, “ok deh aku jemput yak” jawaban penutupku yang membuat aku berdebar-debar.
Tibalah saatnya aku pulang kantor, dan setelah sholat magrib, aku pun bergegas menuju kantormu. Saat itu, aku tak merasa apa-apa, hanya berdebar-debar saja. Setibanya di kantormu pun aku berusaha rileks, namun apa daya, jantung ini tetap berdebar-debar. “Mau tak bonceng?” kataku, dan kamu pun mengiyakan sambil menganggukkan kepala. “kita makan dulu gimana?” ajakku padamu . “Makan dimana?” katamu, “ya aku nggak tahu, kan pyan yang kost disini hehehe” jawabku sambil nyengir. “Di warung deket kost aja ya?” katamu memberi solusi.
Malam itu pun kita makan berdua, namun tak ada perasaan apa-apa, hanya sahabat, yaaa...hanya sahabat. “kalau begini kita kayak orang pacaran ya?” katamu membuka obrolan. “iya nih, romantis banget ya, makan berdua di warteg hahaha” kita tertawa berdua. Entah apa yang ada dalam benakmu saat itu, aku berusaha menyembunyikan perasaanku, dan aku yakin seyakin-yakinnya bahwa kau tak akan mengerti itu. Karena kutahu bahwa akan sangat sulit berbicara tentang cinta denganmu. Bagiku dekat denganmu, makan berdua denganmu sebagai sahabatku adalah hal terindah dalam hidupku. Makan pun selesai dan kau pun kuantar ke kost.
Kini waktu itu sudah berlalu, namun warteg disitu tetap berdiri tegak. Tetap melayani pelanggan-pelanggannya, dari anak kecil sampai orang tua, dari pekerja sampai ibu rumah tangga. Warteg tempat kita pertama makan berdua, warteg kenangan terindah dalam kehidupan kita. “WARTEG CINTA”.
Sudah sering kita kesana, baik berdua maupun dengan teman kita. Namun kita tak pernah merasa bosan untuk makan disana. Hari minggu lalu kita coba bernostalgia. Mencoba mengulang memori indah saat pertama kita duduk berdua, makan dan bercerita. “Hari ini nggak usah masak ya, kita makan di luar sebelum nonton bioskop” kataku sambil melepas lelah karena perjalanan dari Ngada. Senyummu pun mengembang saat aku bilang begitu. “Makan dimana?” katamu sambil tersenyum. “Ke warteg cinta gimana? Hehe” jawabku, dan kamupun mengiyakan. Kita berangkat menuju warteg cinta, warteg kenangan buat kita.
“Mas mau makan apa?” tanyamu padaku, “eemmm, ayam goreng, kikil, sama sayur kecambah tuh, biar kuat hahaha” kataku sambil tertawa dan diikuti tertawamu, seolah mengerti apa yang aku maksudkan. Lalu kamupun memesan capcay ditambah tempe goreng. “Kok cuma itu?” kataku terheran karena yang kau pesan, “nggak papa, aku ini saja” jawabmu. Kita pun makan, sambil mencoba mengingat-ingat waktu dulu, kenapa kita makan berdua disini. Sambil bercerita masa-masa saat kita dekat, bercerita modus-modusku untuk menemuimu dan sebagainya.
My sweety, dalam setiap ketidakpekaanmu dulu, tersembunyi rasa penasaran begitu besar tentang pearasaanmu.  Aku bangga dan bahagia, mengenalmu dari ketidakpekaan. Mengenalmu sebagai sahabat yang mengetahui semua tentangku. Jika waktu itu kamu peka dan tahu perasaanku, mungkin kita sekarang tidak akan seperti ini, menjadi sepasang cinta yang abadi sebagai suami istri. Terima kasih atas kebaikanmu menerima pinanganku, terima kasih karena kau selalu berusaha menjadi istri terbaik buat aku. Warteg cinta menjadi saksi bisu kisah cinta kita berdua. Kisah sepasang kekasih yang berawal dari persahabatan dan dibumbui dengan cinta. Semoga kamu tak lelah untuk selalu menjadi pendamping suamimu yang penuh dengan kegejean ini. Dan kita akan bersama menciptakan kenangan-kenangan terindah dalam hidup kita di dunia sampai nanti di surga. Amiin


Jakarta, 20 September 2016

Jumat, 16 September 2016

Belajar Toleransi, Qanaah dan Bersyukur Dari Masyarakat Kabupaten Ngada

Perjalanan kali ini adalah yang kesekian kali aku banyak mendapatkan pelajaran berharga dalam hidup. Dimulai saat meninggalkan kontrakan jam 11 malam, dan harus meninggalkan istri tercinta. Melaksanakan tugas negara untuk memantau seleksi Guru Garis Depan (GGD) di Kabupaten Ngada Nusa Tenggara Timur.
Sambutan yang hangat dari sekolah tempat pelaksanaan dan juga masyarakat membuat aku merasa seperti di rumah sendiri. Dari mereka juga aku banyak belajar, dari mereka juga aku menemukan indahnya perdamaian. Ketika tes untuk seleksi GGD selesai, akupun banyak berbincang-bincang dengan Kepala Sekolah dan juga pegawai LPMP yang datang. Cerita-cerita dari kepala SMK Sanjaya Bajawa menambah keingintahuanku mengenai kehidupan masyarakat Ngada.
Cerita pertama diawali dari keadaan geografis Kabupaten Ngada. Dimana setiap daerah/kecamatan disini memiliki perbedaan dalam hal hasil pangan. Ada yang pertanian padi jagung ketela, ada daerah yang menghasilkan kopi, ada juga daerah yang masyarakatnya menjadi nelayan. Tanah nan subur disini membuat semua bisa tumbuh, bahkan kata Pak Rema selaku kepala sekolah, hanya orang malas saja disini yang tak bisa memanfaatkan kesuburan tanah.
Beliau juga bercerita tentang kearifan masyarakat Ngada yang sangat percaya hukum alam. Mereka percaya bahwa jika kau mengambil hak/milik orang lain maka akan menerima akibat yang lebih buruk. Beliau bilang, jika kita menaruh singkong atau apapun di pinggir jalan, dalam berminggu-minggu tak akan hilang. Mungkin hal sepele, namun bagiku ini adalah luar biasa. Bagaimana mereka membangun sebuah kepercayaan yang turun-temurun, bagaimana mereka menerapkan pendidikan karakter yang mungkin mulai memudar di kalangan masayarakat pada umumnya. Ini adalah sebuah pembelajaran terutama aku yang bekerja di pemerintahan, belajar qanaah atau menerima apa yang diberikan Allah. Tidak mengambil hak orang lain yang mungkin teman-teman tahu semua yaitu korupsi. Qanaah adalah kunci utama dalam mengemban amanah dan tanggung jawab.
Disisi lain, ketika aku coba berkeliling di Bajawa. Kutemukan hal yang menakjubkan bagiku. Sebuah masjid bersanding dengan sebuah gereja. Masyarakat yang hidup rukun, berdampingan dan penuh toleransi. Tak memandang apa agamamu, apa sukumu, namun kita adalah sama, satu Indonesia. Begitupun saat aku akan makan bersama Kepala Sekolah dan pegawai LPMP. Dalam hal makan pun mereka memilih, iya memilih, memilih tempat makan yang halal. Jika mereka mau, mereka bisa mengajak ke restoran, disana daging babi sudah biasa dimakan. Namun yang dikatakan adalah kita cari tempat makan yang halal, agar aku bisa makan. Sungguh indah sekali persaudaraan ini, saling menghargai dan penuh toleransi.
Sebagai penutup tulisan ini, aku ingin memberikan sebuah gambaran. Bagaimana jauhnya setiap daerah disini. Untuk berjalan ke daerah lain harus selalu melawati hutan. Jika di Jakarta untuk mendapatkan sesuatu tinggal telpon atau beli di supermarket terdekat. Namun disini, mereka tak ada supermarket, travel pun menjadi alternatif untuk menempuh perjalanan jauh ke setiap daerah. Namun mereka selalu senang dan bangga menjadi masyarakat Ngada. Bangga membangun daerahnya dan bangga menjadi Warga Negara Indonesia. Disinilah letak bersyukurku, aku yang ditempatkan di kota, apapun ada disana. Tak perlu jauh untuk medapatkan apa yang diinginkan dan semua sudah ada. Mereka bisa bahagia dengan apa yang ada, akupun ingin lebih bersyukur dan bahagia dengan apa yang aku punya. Kebahagaiaanku adalah karena rasa syukurku.
Terima kasih atas perjalanan ini, perjalanan yang insyaAllah semakin menambah imanku. Perjalanan yang membuat aku ingin selalu mencintai apa yang aku punya. Perjalanan yang mebuat aku untuk belajar, belajar bertoleransi, qanaah dan bersyukur atas nikmat Allah Azza Wajalla.

Ditulis dalam perenungan di sebuah kamar kecil di Kabupaten Ngada

Jumat, 16 September 2016

Senin, 05 September 2016

Senin Malam Di Warung Nasi Pecel Fatmawati

Malam ini kita kembali menikmati kebersamaan, sebuah warung kecil di pinggir jalan raya sebagai saksinya. Suara lalu lalang kendaraan pun menjadi lagu indah temani malam kita. Sengaja aku ingin lebih lama, ingin saling berbagi cerita di tempat kerja.
Sayang, ini mungkin bukan kali pertama kita sama-sama pulang malam. Namun sebelum perjalananmu ke kota Budaya, malam ini akan kubuat hal spesial buat kita. Bersama saling berbagi cerita, mendengarkan intrumen musik yang menambah mesranya kita berdua.
Jam menunjukkan pukul 5 sore, aku pun ingin segera bertemu denganmu. Bertemu kekasih hatiku, melihat wajah bidadariku. Segera ku menuju parkiran kantorku, berharap segera bertemu denganmu. Namun yang terjadi, ban bocor. Aku kesal, ingin marah sendiri, kenapa di saat aku ingin segera bertemu denganmu ada ujian begini. Namun sayang, suara merdumu di handphone membuat aku luluh dan semangat lagi.
“Udah sampai bawah beb?” tanyamu padaku di awal telpon, karena kau kira aku sudah sampai di kantormu
“Bawah apa, ini belum bisa pulang, ban ku bocor”, nada bicaraku agak tinggi karena kesal
“Terus gimana, apa naik gojek saja?” katamu
“Nggak beb, besok aku harus ke KPPN, jadi harus dibawa motornya, ini mau dorong aja, nyari tukang tambal ban” jawabku padamu
“Ya sudah kalau begitu, ada yang buat buka puasa?” katamu yang menunjukkan khawatir kekhawatiranmu
“Santai sayang, bisa beli aqua, ini juga ada bakwan jagung dari kantor”
“Ok deh, aku tunggu di kantor ya beb”, katamu saat mengakhiri percakapan kita
Dan sehabis magrib, ban motor pun sudah selesai, kini kusiap menjemput bidadariku. Perjalanan dimulai, dan seperti biasa, ibukota tak kan seru jika tak ada kemacetan disana. `Kantormu tampak masih ramai, mobil dan motor pun masih bertebaran. Ku sampai depan kantor, dan kutelpon dirimu. Tampak senyuman terindahmu hadir memberikan nuansa malam menjadi romantis. Malam yang indah, malam yang penuh dengan cinta dan kasih sayang. Salam dan salim tanganku yang kau cium dengan penuh cinta hiasi pertemuan sepasang kekasih, bukan adam hawa, bukan juga romeo juliet, maupun rama shinta, namun didik dan lia.
“Mau makan di rumah atau di luar beb?” katamu membuka obrolan
“Baca wa ku hayooo” kataku
“owww iya, ayuuukk” sambungmu saat tahu bahwa aku sudah whatsapp kamu untuk makan pecel pinggir jalan
Iya aku memang ingin makan di warung pecel pinggir jalan, warung pecel yang biasa kita makan disana. Ingin lesehan sambil cerita, ingin berbagi pada istri apa yang aku jalani hari ini.
“Gimana kantor hari ini?” kataku
“Ya alhamdulillah ramai, aku banyak di cengin, kata teman-teman aku sudah punya sahabat, hahaha” kita sambil tertawa
“Kalau mas gimana?” sambungmu
“Tadi sih aku rekon, eh malah ada yang beda, ya sudah akhirnya besok ke kppn beb”  kataku
“Oww iya, esok jam berapa ke Bandung beb?” Tanyaku
“Jam 10 sih keretanya” jawabmu
“Mau bareng teman atau bagaimana?” Kutanya kau kembali
“Kata mereka sih ketemu di gambir aja” Jawabmu lagi
“Ya sudah besok kuantar dulu baru ke kppn”, dan kau pun tersenyum, tersenyum bahagia karena ucapanku, dan kita saling pandang, saling tersenyum penuh cinta.
Begitulah sekelumit cerita kita, ditemani nasi pecel dan jeruk anget kesukaan kita, sambil  mendengarkan alunan musik merdu di laptop.
Sayang, mungkin kita hanya beberapa hari tak akan bertemu, namun kebiasaan bersamamu menjadikan itu terasa lama. Setiap hari kau ada di sampingku, menemaniku, memasakkanku, dan juga selalu ada senyum darimu disetiap lelahku. Kita memang tak boleh egois, tak bisa menyalahkan keadaan, dan tak boleh ingin menang sendiri. Oleh karena itu, aku tak ingin melewatkan malam ini tanpamu, aku hanya inin melewatkan malam ini berdua, hanya bersamamu, bersama sang pujaan hatiku, bidadari dunia dan surgaku, itu kamu my sweety, ayang bebku, separuh jiwaku, and my lovely…..Lia Apriliani.

Jakarta, 5 September 2016

Sang angin yang tak pernah lelah memberi kesejukan
Sang malam yang membuat indah cahaya lapu jalanan
Alunan anak jalanan ceria penuh cinta
Senyuman indah sang bidadari hiasi malam
Wajah cantik nan berseri
Berikan cinta yang hakiki
Dalam maghligai yang abadi
I love you and You love me
My Sweety
Lia Apriliani

Jumat, 02 September 2016

Istriku itu Sahabatku dan Sahabatku itu Istriku

“Saya Terima Nikah Kepada Lia Apriliani Putri Bapak Dengan Mas Kawin Tersebut Dibayar Tunai”. Kalimat yang kuucapkan 25 Juli lalu, setelah Bapak dengan lantangnya menikahkanmu padaku. Lantunan doa berkumandang, tangis haru tanda kebahagiaan setiap sudut mushola. Kamu telah menjadi istriku, kamu yang akan menemani hari-hariku, dan kamulah yang akan menjadi sahabat ku di dunia maupun surga.
Hari-hari kita lewati bersama, tak jarang gombalan khasku padamu, namun dibumbui target kita. “Beb, kamu cantik deh, udah ngaji juz berapa?” eeeaaaaa hahaha, bukan tersipu malu karena gombalan itu namun sebaliknya, kita berdua tertawa.
Istriku, masih teringat jelas niat dan doa setelah kita nikah kala itu. Wajangan-wejangan para panutan kita, ustadz kita, dan kyai kita. Dalam doaku kau aminkan, niat meningkatkan iman dan taqwa diselingi mengamalkan ilmu. Ya itulah kata sang ustadz yang jarang dilakukan orang sehabis menikah. Dan kita mulai perjalanan bahtera ini dengan niat itu.
Beb, tepat di hari ke-39 pernikahan kita, aku tulis rangkaian kata ini. Sedikit berbagi kebahagiaan ke semua orang. Dan aku ingin menulis perjalanan kita. Perjalanan yang penuh dengan lika liku setiap jalannya. Perjalanan yang kita mulai dari kontrakan sampai nanti kita bersama di surga.
“Mas, aku nanti pulang dulu ya”, kalimat pendek permintaan ijin darimu saat kita mau berangkat kerja
“Kenapa? Apa nggak bareng aja?” jawabku terheran
Namun senyum kau berikan untukku, dan itu sebuah kode. Benar, dan saat itu pun aku berkata “pasti mau masak, ya kan?”
Senyummu pun semakin lebar, saat itu pula di sebuah kontrakan kecil, pelukan hangat kuberikan dan kubisikkan ke telingamu “I love you sayang”, “I love you too papa biant” jawabmu.
Istriku, rasa sayangmu yang begitu besar padaku, membuat aku selalu ingin ada di sampingmu. Rasa cinta yang kau berikan, berhasil membuat aku tak bisa jauh darimu. Baktimu kepadaku sungguh tak kan bisa tergantikan dengan apapun jua.
“Beb, aku nanti tidur rumah ya” kataku di pagi hari waktu aku mau Dinas Luar
“Beneran, emang g papa, kalau jauh mending di hotel saja beb” katamu
“Nggak tahu sih tempatnya, paling deket sini, lihat nanti saja lah hehe” timpalku
Namun waktu itu hal tak terduga terjadi, aku harus pulang malam karena alasan pekerjaan. Ingin sekali aku segera pulang, segera memeluk istriku dalam dekapan mesra penuh cinta. Setengah 12 malam aku sampai kontrakan, dan aku tahu kamu pun tertidur. Aku pelan-pelan buka pintu kontrakan, lalu aku sholat dan setelah selesai semua, aku coba pelan-pelan bangunin kamu.
“papa biant kapan pulang?” kau tampak kaget melihatku sudah ada di sampingmu
“barusan kok, tadi aku sengaja tak bangunin dulu hehe” jawabku
“pasti capek ya, maaf ya aku ketiduran tadi” katamu
“nggak papa sayang, ayuk tidur, masih ngantuk kan? Hehehe” dan kitapun saling bercerita sampai tertidur.
Beb, banyak cerita kita yang mungkin akan perlahan kutuliskan dalam sebuah kisah rumah tangga. Aku ingin kelak, jika kita sudah sama-sama tua dan punya cucu, tulisan-tulisan ini bisa menjadi flashback pernikahan kita. Pernikahan yang penuh dengan rasa cinta dari Allah Sang Maha Kuasa. Dan kelak saat aku tiada, tulisan-tulisan ini juga bisa menjadi sahabat saat kau kesepian, menjadi teman saat kau membutuhkan kehadiran suamimu tercinta. Tulisan ini akan menjadi bukti perjalanan bahtera rumah tangga kita. You are the best for me, my sweety, love you so much much much
Jakarta, 2 September 2016
Tatapan mata melekat di jiwa
Untaian kata mesra slalu hadir setiap harinya
I love you, aku sayang kamu, dan lain sebagainya
Cinta tak boleh luntur karena kata
Sayang tak boleh goyah karena kendala
Karena kita akan selalu bersama
Di dunia dan surga

Topi AFM 2

Upluk coklat adalah upluk yang pertama kali kami beli saat car free day hari Minggu di Telaga Golf. Saat itu usia Dede Fayy masih 4 bulan. ...