“Saya Terima
Nikah Kepada Lia Apriliani Putri Bapak Dengan Mas Kawin Tersebut Dibayar Tunai”.
Kalimat yang kuucapkan 25 Juli lalu, setelah Bapak dengan lantangnya
menikahkanmu padaku. Lantunan doa berkumandang, tangis haru tanda kebahagiaan
setiap sudut mushola. Kamu telah menjadi istriku, kamu yang akan menemani
hari-hariku, dan kamulah yang akan menjadi sahabat ku di dunia maupun surga.
Hari-hari kita
lewati bersama, tak jarang gombalan khasku padamu, namun dibumbui target kita. “Beb,
kamu cantik deh, udah ngaji juz berapa?” eeeaaaaa hahaha, bukan tersipu malu
karena gombalan itu namun sebaliknya, kita berdua tertawa.
Istriku, masih
teringat jelas niat dan doa setelah kita nikah kala itu. Wajangan-wejangan para
panutan kita, ustadz kita, dan kyai kita. Dalam doaku kau aminkan, niat meningkatkan
iman dan taqwa diselingi mengamalkan ilmu. Ya itulah kata sang ustadz yang
jarang dilakukan orang sehabis menikah. Dan kita mulai perjalanan bahtera ini
dengan niat itu.
Beb, tepat di
hari ke-39 pernikahan kita, aku tulis rangkaian kata ini. Sedikit berbagi
kebahagiaan ke semua orang. Dan aku ingin menulis perjalanan kita. Perjalanan yang
penuh dengan lika liku setiap jalannya. Perjalanan yang kita mulai dari
kontrakan sampai nanti kita bersama di surga.
“Mas, aku nanti
pulang dulu ya”, kalimat pendek permintaan ijin darimu saat kita mau berangkat
kerja
“Kenapa? Apa nggak
bareng aja?” jawabku terheran
Namun senyum
kau berikan untukku, dan itu sebuah kode. Benar, dan saat itu pun aku berkata “pasti
mau masak, ya kan?”
Senyummu pun
semakin lebar, saat itu pula di sebuah kontrakan kecil, pelukan hangat
kuberikan dan kubisikkan ke telingamu “I love you sayang”, “I love you too papa
biant” jawabmu.
Istriku, rasa
sayangmu yang begitu besar padaku, membuat aku selalu ingin ada di sampingmu. Rasa
cinta yang kau berikan, berhasil membuat aku tak bisa jauh darimu. Baktimu kepadaku
sungguh tak kan bisa tergantikan dengan apapun jua.
“Beb, aku nanti
tidur rumah ya” kataku di pagi hari waktu aku mau Dinas Luar
“Beneran, emang
g papa, kalau jauh mending di hotel saja beb” katamu
“Nggak tahu sih
tempatnya, paling deket sini, lihat nanti saja lah hehe” timpalku
Namun waktu itu
hal tak terduga terjadi, aku harus pulang malam karena alasan pekerjaan. Ingin sekali
aku segera pulang, segera memeluk istriku dalam dekapan mesra penuh cinta. Setengah
12 malam aku sampai kontrakan, dan aku tahu kamu pun tertidur. Aku pelan-pelan
buka pintu kontrakan, lalu aku sholat dan setelah selesai semua, aku coba
pelan-pelan bangunin kamu.
“papa biant kapan
pulang?” kau tampak kaget melihatku sudah ada di sampingmu
“barusan kok,
tadi aku sengaja tak bangunin dulu hehe” jawabku
“pasti capek ya,
maaf ya aku ketiduran tadi” katamu
“nggak papa
sayang, ayuk tidur, masih ngantuk kan? Hehehe” dan kitapun saling bercerita
sampai tertidur.
Beb, banyak
cerita kita yang mungkin akan perlahan kutuliskan dalam sebuah kisah rumah
tangga. Aku ingin kelak, jika kita sudah sama-sama tua dan punya cucu,
tulisan-tulisan ini bisa menjadi flashback
pernikahan kita. Pernikahan yang penuh dengan rasa cinta dari Allah Sang
Maha Kuasa. Dan kelak saat aku tiada, tulisan-tulisan ini juga bisa menjadi
sahabat saat kau kesepian, menjadi teman saat kau membutuhkan kehadiran suamimu
tercinta. Tulisan ini akan menjadi bukti perjalanan bahtera rumah tangga kita. You
are the best for me, my sweety, love you so much much much
Jakarta, 2
September 2016
Tatapan mata melekat di jiwa
Untaian kata mesra slalu hadir setiap
harinya
I love you, aku sayang kamu, dan lain
sebagainya
Cinta tak boleh luntur karena kata
Sayang tak boleh goyah karena kendala
Karena kita akan selalu bersama
Di dunia dan surga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar