Perjalanan
kali ini adalah yang kesekian kali aku banyak mendapatkan pelajaran berharga
dalam hidup. Dimulai saat meninggalkan kontrakan jam 11 malam, dan harus
meninggalkan istri tercinta. Melaksanakan tugas negara untuk memantau seleksi
Guru Garis Depan (GGD) di Kabupaten Ngada Nusa Tenggara Timur.
Sambutan
yang hangat dari sekolah tempat pelaksanaan dan juga masyarakat membuat aku
merasa seperti di rumah sendiri. Dari mereka juga aku banyak belajar, dari
mereka juga aku menemukan indahnya perdamaian. Ketika tes untuk seleksi GGD
selesai, akupun banyak berbincang-bincang dengan Kepala Sekolah dan juga pegawai
LPMP yang datang. Cerita-cerita dari kepala SMK Sanjaya Bajawa menambah
keingintahuanku mengenai kehidupan masyarakat Ngada.
Cerita
pertama diawali dari keadaan geografis Kabupaten Ngada. Dimana setiap daerah/kecamatan
disini memiliki perbedaan dalam hal hasil pangan. Ada yang pertanian padi
jagung ketela, ada daerah yang menghasilkan kopi, ada juga daerah yang
masyarakatnya menjadi nelayan. Tanah nan subur disini membuat semua bisa
tumbuh, bahkan kata Pak Rema selaku kepala sekolah, hanya orang malas saja
disini yang tak bisa memanfaatkan kesuburan tanah.
Beliau juga
bercerita tentang kearifan masyarakat Ngada yang sangat percaya hukum alam.
Mereka percaya bahwa jika kau mengambil hak/milik orang lain maka akan menerima
akibat yang lebih buruk. Beliau bilang, jika kita menaruh singkong atau apapun
di pinggir jalan, dalam berminggu-minggu tak akan hilang. Mungkin hal sepele,
namun bagiku ini adalah luar biasa. Bagaimana mereka membangun sebuah
kepercayaan yang turun-temurun, bagaimana mereka menerapkan pendidikan karakter
yang mungkin mulai memudar di kalangan masayarakat pada umumnya. Ini adalah
sebuah pembelajaran terutama aku yang bekerja di pemerintahan, belajar qanaah
atau menerima apa yang diberikan Allah. Tidak mengambil hak orang lain yang
mungkin teman-teman tahu semua yaitu korupsi. Qanaah adalah kunci utama dalam
mengemban amanah dan tanggung jawab.
Disisi
lain, ketika aku coba berkeliling di Bajawa. Kutemukan hal yang menakjubkan
bagiku. Sebuah masjid bersanding dengan sebuah gereja. Masyarakat yang hidup
rukun, berdampingan dan penuh toleransi. Tak memandang apa agamamu, apa sukumu,
namun kita adalah sama, satu Indonesia. Begitupun saat aku akan makan bersama
Kepala Sekolah dan pegawai LPMP. Dalam hal makan pun mereka memilih, iya
memilih, memilih tempat makan yang halal. Jika mereka mau, mereka bisa mengajak
ke restoran, disana daging babi sudah biasa dimakan. Namun yang dikatakan
adalah kita cari tempat makan yang halal, agar aku bisa makan. Sungguh indah
sekali persaudaraan ini, saling menghargai dan penuh toleransi.
Sebagai
penutup tulisan ini, aku ingin memberikan sebuah gambaran. Bagaimana jauhnya
setiap daerah disini. Untuk berjalan ke daerah lain harus selalu melawati
hutan. Jika di Jakarta untuk mendapatkan sesuatu tinggal telpon atau beli di
supermarket terdekat. Namun disini, mereka tak ada supermarket, travel pun
menjadi alternatif untuk menempuh perjalanan jauh ke setiap daerah. Namun
mereka selalu senang dan bangga menjadi masyarakat Ngada. Bangga membangun daerahnya
dan bangga menjadi Warga Negara Indonesia. Disinilah letak bersyukurku, aku
yang ditempatkan di kota, apapun ada disana. Tak perlu jauh untuk medapatkan
apa yang diinginkan dan semua sudah ada. Mereka bisa bahagia dengan apa yang
ada, akupun ingin lebih bersyukur dan bahagia dengan apa yang aku punya. Kebahagaiaanku
adalah karena rasa syukurku.
Terima
kasih atas perjalanan ini, perjalanan yang insyaAllah semakin menambah imanku. Perjalanan
yang membuat aku ingin selalu mencintai apa yang aku punya. Perjalanan yang
mebuat aku untuk belajar, belajar bertoleransi, qanaah dan bersyukur atas nikmat
Allah Azza Wajalla.
Ditulis dalam perenungan di sebuah
kamar kecil di Kabupaten Ngada
Jumat, 16 September 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar