Keindahan cinta bukan karena seberapa besar dan banyak kau berikan sesuatu padanya melainkan seberapa kuat kalian bertahan dalam suka maupun duka

Rabu, 26 Oktober 2016

Panggilan Kakak Adik dari Penjual Nasi Uduk

Cuaca pagi ini sangat cerah, menambah semangat ku untuk pergi kerja bersamamu. Hari ini untuk kesekian kali kita tak ingin makan di rumah, bukan karena bosan, namun karena ada hal yang mungkin membuat kita terheran, membuat penasaran ataupun hanya ingin makan bersama di luar.
Cerita dari Rani teman kantormu membuat aku tersenyum dan mungkin senang juga. Walaupun tak setiap hari, kita terbiasa kalau pagi makan di warung nasi uduk pinggir jalan menuju kantormu. Kamu ceritakan kepadaku tentang percakapan antara Rani dan Ibu penjual nasi uduk itu. Kurang lebih seperti inilah percakapan Rani dan Ibu Penjual nasi uduk yang kau ceritakan kepadaku.
“Mbak, temannya mbak itu sudah menikah ya?” kata ibu penjual nasi uduk
“Iya bu, Juli atau Agustus begitu” jawab rani
“Aku kira mereka kakak adik mbak” sahut ibu penjual nasi uduk
“Pasti ibu dah mengira mana kakaknya dan mana adiknya ya bu” canda Rani sambil tertawa
Begitulah beb, kira-kira percakapan antara Rani dan si Ibu penjual nasi uduk. Akupun seketika tertawa mendengar ceritamu itu. Entah darimana melihatnya, kita dianggap seperti saudara yang sering mampir ke warung kecilnya.
Aku berfikir apa benar ya omongan orang-orang kalau jodoh itu mirip. Sepintas aku teringat kisah Nabi Adam dan Siti Hawa. Iya benar, Ibu Hawa memang diciptakan dari tulang rusuk Adam. Logika sederhanaku kembali berimajinasi, kalau begitu berarti benar juga ya, karena Ibu Hawa diciptakan dari bagian tubuh Adam, sehinga miriplah antara pria dan wanita yang berjodoh.
Itu cerita mereka, kitapun juga punya cerita. Kamu yang telah djodohkan Allah untukku, apakah kamu bagian dari tulang rusukku? Ahhh entahlah, aku tak bisa berandai-andai, namun satu hal yang kuyakini, Kamu adalah wanita terbaik yang diciptakan Allah hanya untukku, untuk melengkapi kekurangananku dan untuk menyempurnakan bagiaan-bagianku yang tak ada. Itu kamu my sweety, Lia Apriliani.
Kembali ke cerita si Ibu penjual nasi uduk pinggir jalan menuju kantormu. Pagi ini kita coba makan lagi disana. Seperti biasa menuku yang kau tahu, nasi uduk pakai telur bulat dan tahu ditambah sambal. Begitupun kamu yang tak pernah berubah, mie bihun, oseng tempe dan telur dadar. Kita makan dengan lahapnya sambil bercerita dan tak lupa tetap diabadikan dengan foto selfi berdua. Begitulah cerita kita, cerita yang mungkin hanya sederhana. Namun bagiku, kesederhanaan inilah yang akan membuat kita bertahan dalam suka maupun duka. Jika sebagai cikal bakal cinta ada Adam dan Hawa, dalam dongeng ada Romeo dan Juliet, begitu juga ada kisah cinta antara Rama dan Shinta, namun saat ini di dunia nyata ada cerita tentang kita, Didik dan Lia.

Jakarta, 26 Oktober 2016
Quote of the day

“Kisah cinta yang sederhana akan membawa hidup kita lebih bermakna, penuh senyuman dan keharmonisan menjalani kebersamaan dengan pasangan, jalani kisah cintamu dengan sederhana dan biarkan orang lain yang menilainya” (lidicinta, 2016)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Topi AFM 2

Upluk coklat adalah upluk yang pertama kali kami beli saat car free day hari Minggu di Telaga Golf. Saat itu usia Dede Fayy masih 4 bulan. ...