Cuaca pagi ini sangat cerah,
menambah semangat ku untuk pergi kerja bersamamu. Hari ini untuk kesekian kali
kita tak ingin makan di rumah, bukan karena bosan, namun karena ada hal yang
mungkin membuat kita terheran, membuat penasaran ataupun hanya ingin makan
bersama di luar.
Cerita dari Rani teman kantormu
membuat aku tersenyum dan mungkin senang juga. Walaupun tak setiap hari, kita
terbiasa kalau pagi makan di warung nasi uduk pinggir jalan menuju kantormu. Kamu
ceritakan kepadaku tentang percakapan antara Rani dan Ibu penjual nasi uduk
itu. Kurang lebih seperti inilah percakapan Rani dan Ibu Penjual nasi uduk yang
kau ceritakan kepadaku.
“Mbak, temannya mbak itu sudah
menikah ya?” kata ibu penjual nasi uduk
“Iya bu, Juli atau Agustus begitu”
jawab rani
“Aku kira mereka kakak adik mbak”
sahut ibu penjual nasi uduk
“Pasti ibu dah mengira mana kakaknya
dan mana adiknya ya bu” canda Rani sambil tertawa
Begitulah beb, kira-kira percakapan
antara Rani dan si Ibu penjual nasi uduk. Akupun seketika tertawa mendengar
ceritamu itu. Entah darimana melihatnya, kita dianggap seperti saudara yang
sering mampir ke warung kecilnya.
Aku berfikir apa benar ya omongan
orang-orang kalau jodoh itu mirip. Sepintas aku teringat kisah Nabi Adam dan
Siti Hawa. Iya benar, Ibu Hawa memang diciptakan dari tulang rusuk Adam. Logika
sederhanaku kembali berimajinasi, kalau begitu berarti benar juga ya, karena
Ibu Hawa diciptakan dari bagian tubuh Adam, sehinga miriplah antara pria dan wanita
yang berjodoh.
Itu cerita mereka, kitapun juga
punya cerita. Kamu yang telah djodohkan Allah untukku, apakah kamu bagian dari
tulang rusukku? Ahhh entahlah, aku tak bisa berandai-andai, namun satu hal yang
kuyakini, Kamu adalah wanita terbaik yang diciptakan Allah hanya untukku, untuk
melengkapi kekurangananku dan untuk menyempurnakan bagiaan-bagianku yang tak
ada. Itu kamu my sweety, Lia Apriliani.
Kembali ke cerita si Ibu penjual
nasi uduk pinggir jalan menuju kantormu. Pagi ini kita coba makan lagi disana.
Seperti biasa menuku yang kau tahu, nasi uduk pakai telur bulat dan tahu
ditambah sambal. Begitupun kamu yang tak pernah berubah, mie bihun, oseng tempe
dan telur dadar. Kita makan dengan lahapnya sambil bercerita dan tak lupa tetap
diabadikan dengan foto selfi berdua. Begitulah cerita kita, cerita yang mungkin
hanya sederhana. Namun bagiku, kesederhanaan inilah yang akan membuat kita
bertahan dalam suka maupun duka. Jika sebagai cikal bakal cinta ada Adam dan
Hawa, dalam dongeng ada Romeo dan Juliet, begitu juga ada kisah cinta antara
Rama dan Shinta, namun saat ini di dunia nyata ada cerita tentang kita, Didik
dan Lia.
Jakarta, 26 Oktober 2016
Quote of the day
“Kisah cinta yang sederhana akan
membawa hidup kita lebih bermakna, penuh senyuman dan keharmonisan menjalani
kebersamaan dengan pasangan, jalani kisah cintamu dengan sederhana dan biarkan
orang lain yang menilainya” (lidicinta, 2016)