Keindahan cinta bukan karena seberapa besar dan banyak kau berikan sesuatu padanya melainkan seberapa kuat kalian bertahan dalam suka maupun duka

Senin, 03 Oktober 2016

Menjadi Suami Hari Ke-70

Ini adalah kisah kesekian kali yang ingin kutulis dalam diary kecilku. Teringat dengan salah satu program televisi masa kini “Tetangga Masa Gitu”. Setiap awal dalam episodenya selalu diberi judul “Pernikahan hari ke-...”. Terinspirasi dari sana aku ingin dalam tulisan ini kutulis judul seperti itu. “Menjadi Suami Hari ke-70” adalah judul tulisanku kali ini.
Setiap kisah sederhana dengan balutan cinta akan selalu tercetak jelas dalam kata-kata. Kali ini terkait bagaimana aku ingin menggantikan peranmu istriku, meskipun hanya sedikit, tapi tak apalah untuk dicoba.
Minggu siang yang kita nikmati dalam suasana santai, kita pun berbincang-bincang.
“Besok kan puasa, sahurnya jangan pakai gudeg ya hehe” kataku sambil meringis mengingatkanmu bahwa kita akan sahur untuk puasa senin-kamis.
“kenapa beb?” katamu
“sahur kan nggak terlalu enak makan, jadi jangan yang manis-manis buat lauk” sahutku padamu yang memang tak mau makan gudeg di kulkas kita
“terus mau makan pakai apa beb? Di kulkas masih ada kangkung, wortel, tempe” kamu yang bertanya sekaligus memberitahuku akan isi kulkas
“ehhmmm....gimana kalau aku yang masak, ntar tak masakin masakan pondok hehehe” jawabku dengan yakinnya ingin memasakkanmu,
“kangkung dioseng sama tempe,  kangkungnya nggak dipetiki, tapi diiris-iris hehe, gimana?” timpalku lagi
“ok kalau begitu” katamu sambil tersenyum
“jam berapa kita bangun” kataku
“jam 2 ya, gimana?” katamu
“ok deh, di alarm jam 2” jawabku dengan yakin
Entah apa yang aku pikirkan saat itu, aku hanya tak mau makan gudeg saat sahur, jadi aku pun punya solusi dengan memasakkan sayur buatmu. Malam telah tiba, kita pun sejenak melepas lelah dalam samudra mimpi sambil berharap akan bangun jam 2 sesuai kesepakatan kita.
Alarm berbunyi dengan nyaringnya, namun kantuk ku masih melanda. Dasar naluri suami yang selalu dilayani setiap ada maunya. Aku tak mau bangun, alarm pun dimatikan, sampai jarum jam panjang menunjuk angka 8. Dan kamu pun seperti biasa yang bangun duluan untuk membangunkanku. Istriku, naluri dan perasaanmu sebagai istri sungguh membuat aku kagum. Aku yang berniat akan bangun duluan untuk memasakkanmu, malah kamu yang membangunkanku. Mungkin memang benar, aku tak bisa menggantikan peranmu, sebagai seorang istri yang benar-benar tulus melayani setiap kebutuhanku.
Ketika kubangun, aku teringat akan janjiku padamu segera kupersiapkan peralatan dan bahan untuk memasak. Kangkung dan tempe bahan utama segera kuambil dari kulkas. Panci listrik, uleg, dan wadah tempat sayur pun tak lupa kuambil dari tempatnya. Memasak pun siap kulakukan untuk sahur kita.
Entah berapa kali aku bolak balik ke dapur dan ke kamar, untuk mengambil semua perlengkapan. Di sela aku memasak, kamu pun juga tetap mengerjakan sesuatu. Mulai dari menyetrika pakaian yang akan kupakai sampai merendam pakaian yang kan kamu cuci. Ahh...emang dasarnya kamu tak punya capek, aku yang berusaha menggantikan peranmu, malah kamu juga berperan dalam pekerjaan lain. Setelah semua siap, pagi itupun kita sahur dengan oseng kangkung tempe ditambah nugget goreng dan tahu telur. Sahur selesai, dan kitapun siap untuk jamaah subuh.
“Nanti nggak usah dicuci dulu ya pakainnya” kataku setelah selesai sholat subuh
“kenapa beb?” katamu terheran
“nggak papa, direndam dulu saja, dicuci sore saja beb, sekarang istirahat aja dulu” jawabku, dan setelah itu, senyum lebar nan manis pun keluar dari bibirmu.
“Terima kasih papa biant” katamu sesaat sebelum kita terlelap dalam tidur di pagi hari.
“i love you sayang” kataku
“i love you too papa biant” jawabmu di akhir percakapan kita
Istriku, terima kasih telah menjadikan keluarga kecil ini penuh barokah dan kebahagiaan, senyuman terindahmu selalu hiasi setiap hari dalam perjalanan bahtera rumah tangga kita. Kau tak kan terganti, baik dalam raga maupun jiwamu sebagai seorang istri. Bahkan suamimu pun tak mungkin bisa menggantikan peran sedetail yang kamu miliki. Istriku, you are my perfect person for me, therefore i will strive to be the best husband for you.

Jakarta, 2 Muharrram 1438 H 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Topi AFM 2

Upluk coklat adalah upluk yang pertama kali kami beli saat car free day hari Minggu di Telaga Golf. Saat itu usia Dede Fayy masih 4 bulan. ...