Keindahan cinta bukan karena seberapa besar dan banyak kau berikan sesuatu padanya melainkan seberapa kuat kalian bertahan dalam suka maupun duka

Minggu, 10 Mei 2020

Perkembangan Seksualitas Anak


Ini adalah catatan setelah mengikuti Seminar Online tersebut



Sejak lahir sudah berkaitan dengan kaitan seksualitas. Seksualitas yang dimaksud bukan yang bersifat erotis namun kebutuhan rasa aman dan nyaman anak. Sejak rahim misalnya, bayi sudah terbiasa dengan aktivitas menghisap jempol (mencari kenyaman area mulut)

Anak-anak mulai membedakan diri dengan orang lain, saya laki-laki, kamu perempuan. Pada momen anak bertanya, kenapa saya punya ini, dia punya itu, hati-hati, jangan sampai menggunakna istilah yang salah. Sudah menunjukkan rasa ingin tahu, “itu ade bayi dari mana?”

Anak harus sudah tahu asal muasal bayi. Mulai sadar diri untuk menutup area vital. Perilaku latel, perilaku seksual yang tidak terlihat, dia fokus dengan aktivitas bersama teman-teman. Rentang usia ini, mom,en emas untuk memberikan “ilmu pengetahuan”.

Pada kondisi seperti ini, anak merasa aneh dengan dirinya sendiri karena adanya perubahan fisik sehingga menimbulkan kecemasan secara mental. Dalam kondisi ini, jika anak tidak mendapatkan pengetahuan yang benar, maka akan mengganggu rasa percaya diri. Jika anak tidak mendapat linkungan positif dari orangtua, maka dia akan bertanya pada teman sebaya.

Orangtua jangan sampai bersikap untuk menutupi anak bertanya tentang seksualitas. Jawab sesuai pertanyaan anak dengan menggunakan kalimat yang sederhana. Dakalanya pada rentang usia ini anak bertanya, “Kok mama bisa hamil?”. Berikanlah nama-nama organ tubuh secara ilmiah (Penis, vagina, dll). Jika diperlukan, lakukanlah obrolan secara serius tentang organ reproduksi.

Akan lebih siap menghadapi masa peralihan jika anak diberikan informasi tentang seksulitas sejak dini. Biasanya, anak perempuan akan lebih nyaman berdiskusi/bertanya/berbagi inforemasi tentang seks dengan ibunya, begitupun sebaliknya. Orangtua harus siap.

Hargai daerah privasi anak, meskipun orangtua ingin tahu. Jangan sampai mempublish di depan umum, “heyy anak saya sudah menstruasi loh”. Tidak hanya berbicara tentang perubahan fisik saja, namun orangtua harus ikut terlinbat bagaimana mengelola psikisnya (cemas, dll)

Fasilitas medsos bisa berpengaruh posisti maupun negatif, tergantung bagaimana digunakan. Kehadiran dan peran orangtua PENTING SEKALI. Meskipun orangtua sibuk dengan urusan dunia, jangan lupa, pendidikan anak merupakan tanggung jawab orangtua. Hati-hati dengan tontonan anak. Berikanlah informasi pendaping tentang tokoh-tokoh tersebut, misalnya. “Kak, itu orang jahat, tidak boleh melakukan seperti itu ya”. Jika hal ini tidak dilakukan, khawatir akan dijadikan panotan dalam bersikap.

Perlunya koordinasi antara orangtua dengan pendidik. Untuk pendidikan seksualitas tidak harus menunggu anak remaja. Orang Dewasa jangan sampe menutup kesempatan anak untuk bertanya tentang seksualitas. Siapkan waktu untuk menjawab pertanyaan anak. Jika tidak bisa dijawab saat itu juga, maka anak diberitahu akan dijawab lain waktu. Gunakan pendekatan agama untuk menanamkan nilai-nilai.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Topi AFM 2

Upluk coklat adalah upluk yang pertama kali kami beli saat car free day hari Minggu di Telaga Golf. Saat itu usia Dede Fayy masih 4 bulan. ...