Ini adalah catatan setelah mengikuti Seminar Online tersebut
Sejak lahir sudah berkaitan dengan kaitan seksualitas. Seksualitas yang dimaksud bukan yang bersifat erotis namun kebutuhan rasa aman dan nyaman anak. Sejak rahim misalnya, bayi sudah terbiasa dengan aktivitas menghisap jempol (mencari kenyaman area mulut)
Anak-anak mulai
membedakan diri dengan orang lain, saya laki-laki, kamu perempuan. Pada momen
anak bertanya, kenapa saya punya ini, dia punya itu, hati-hati, jangan sampai
menggunakna istilah yang salah. Sudah menunjukkan rasa ingin tahu, “itu ade
bayi dari mana?”
Anak harus
sudah tahu asal muasal bayi. Mulai sadar diri untuk menutup area vital.
Perilaku latel, perilaku seksual yang tidak terlihat, dia fokus dengan
aktivitas bersama teman-teman. Rentang usia ini, mom,en emas untuk memberikan
“ilmu pengetahuan”.
Pada kondisi
seperti ini, anak merasa aneh dengan dirinya sendiri karena adanya perubahan
fisik sehingga menimbulkan kecemasan secara mental. Dalam kondisi ini, jika
anak tidak mendapatkan pengetahuan yang benar, maka akan mengganggu rasa
percaya diri. Jika anak tidak mendapat linkungan positif dari orangtua, maka
dia akan bertanya pada teman sebaya.Orangtua jangan sampai bersikap untuk menutupi anak bertanya tentang seksualitas. Jawab sesuai pertanyaan anak dengan menggunakan kalimat yang sederhana. Dakalanya pada rentang usia ini anak bertanya, “Kok mama bisa hamil?”. Berikanlah nama-nama organ tubuh secara ilmiah (Penis, vagina, dll). Jika diperlukan, lakukanlah obrolan secara serius tentang organ reproduksi.
Akan lebih siap menghadapi masa peralihan jika anak diberikan informasi tentang seksulitas sejak dini. Biasanya, anak perempuan akan lebih nyaman berdiskusi/bertanya/berbagi inforemasi tentang seks dengan ibunya, begitupun sebaliknya. Orangtua harus siap.
Hargai daerah
privasi anak, meskipun orangtua ingin tahu. Jangan sampai mempublish di depan
umum, “heyy anak saya sudah menstruasi loh”. Tidak hanya berbicara tentang
perubahan fisik saja, namun orangtua harus ikut terlinbat bagaimana mengelola psikisnya
(cemas, dll)
Fasilitas medsos
bisa berpengaruh posisti maupun negatif, tergantung bagaimana digunakan.
Kehadiran dan peran orangtua PENTING SEKALI. Meskipun orangtua sibuk dengan
urusan dunia, jangan lupa, pendidikan anak merupakan tanggung jawab orangtua.
Hati-hati dengan tontonan anak. Berikanlah informasi pendaping tentang
tokoh-tokoh tersebut, misalnya. “Kak, itu orang jahat, tidak boleh melakukan
seperti itu ya”. Jika hal ini tidak dilakukan, khawatir akan dijadikan panotan
dalam bersikap.
Perlunya
koordinasi antara orangtua dengan pendidik. Untuk pendidikan seksualitas tidak
harus menunggu anak remaja. Orang Dewasa jangan sampe menutup kesempatan anak
untuk bertanya tentang seksualitas. Siapkan waktu untuk menjawab pertanyaan
anak. Jika tidak bisa dijawab saat itu juga, maka anak diberitahu akan dijawab
lain waktu. Gunakan pendekatan agama untuk menanamkan nilai-nilai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar