Keindahan cinta bukan karena seberapa besar dan banyak kau berikan sesuatu padanya melainkan seberapa kuat kalian bertahan dalam suka maupun duka

Jumat, 08 Mei 2020

Orangtua Milenial Bicara Seks Pada Anak

Ini adalah catatan setelah mengikuti Seminar Online tersebut. 


Pendidikan kesehatan reproduksi (kespro) itu sebenarnya berbicara tentang saintifik/ilmu pengetahuan.

Mengenalkan anggota tubuh bukanlah sesuatu  yang aneh. Hal ini sudah biasa kita lakukan sejak kecil. Ingat dengan lagu "Dua Mata Saya"

Dua mata saya, Hidung saya satu
Dua kaki saya pakai sepatu baru
Dua telinga saya yang kiri dan kanan
Satu mulut saya tidak berhenti makan


Diantara pundak dan Lutut banyak organ penting, tapi LUPUT dari bahasan karena dianggap TABU untuk dibicarakan. Anak kecil suka mempertanyakan , "kenapa adik gak punya titit?". "Kenapa nenen mama besar?", dan lain sebainya.

Pendidikan seksualitas pada anak
menjelaskan semua fungsi tubuh mulai dari kepala hingga kaki termasuk organ reproduksi
Anak diajari untuk menghargai seluruh anggota tubuhnya, 
bagaimana merawatnya dan bagaimana melindungi dirinya




Orang tua menekankan pada anak bahwa kita harus saling menghargai apapun kondisi setiap orang. Jangan menjuluki seseorang dengan sebutan "tembem, gendut, cungkring" dan sebagainya karena setiap orang itu perlu diapresiasi keunikannya.








Jika orangtua terbuka dengan anak, maka anak akan lebih POSITIF dan MENCINTAI segala sesuatu yang dimilikinya serta bahagia menjadi  seorang individu, baik itu menjadi laki-laki atau menjadi perempuan.






Pendidikan Seks ini dilakukan sedini mungkin, bertahap sesuai kebutuhan dan usia anak









INGAT
Lakukan dengan rileks dan berikan kesan biasa saja, tanpa rasa risih, tabu, atau aneh.






Ini adalah momen yang pas untuk memberikan pendidikan seks. 
SAAT ANAK BERTANYA. Jawablah dengan menggunakan kata ilmiah, seperti penis, vagina, dan sebaginya, tidak boleh menggantinya dengan istilah titit, burung, kue. Sebelum menjawab pertanyaan anak, orangtua perlu bertanya ulang pada anak untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak. 



Q & A
πŸ˜„Bagaimana relevansi antara pendidikan kespro dengan menjaga diri dari pelecahan seksusal?
πŸ‘© Anak bisa membedakan sentuhan sayang orang tua, sentuhan dari dokter, tapi jika ada temannya yang menyentuh di area privat itu bisa merasa tidak nyaman karena  anak tahu.  
Jadi jika ada tindakan-tindakan diluar arahan orangtua, anak bsisa lari/menghindar/bilang tidak. Anak jadi lebih peka dan percaya pada orangtua. 
Anak yang mendapatkan edukasi kespro, dapat lebih mudah untuk mengadukan perbuatan tidak benar kepada orang dewasa, namun bagi anak yang tidak mendapatkan edukasi kespro akan lebih cenderung diam.

πŸ˜„ Untuk edukasi kespro apakah lebih baik dijelaskan oleh sesama jenis, maksudnya anak perempuan dijelaskan oleh ibu, anak laki oleh bapak?
πŸ‘© Tergantung kedekatan dan kenyamanan komunikasi anak dengan orang tua

πŸ˜„ Apakah orangtua boleh mengarahkan mana yang boleh dan tidak boleh, misalnya membedakan mainan anak laki laki dan perempuan, atau warna pink untuk perempuan, atau anak laki tidak boleh pakai bedak, dan lain sebagainya 
πŸ‘© Konsep warna, mainan, profesi, kegiatan yang bisa menjadikan bias. Sebaiknya tidak dilakukan lagi

πŸ˜„ Bagaimana menjelaskan tentang pubertas dan proses melahirkan untuk usia anak 8 
πŸ‘© Untuk anak kelas 2 SD sudah bisa di ajak berpikir kompleks, jika ada ensiklopedia bisa jadi media dan bisa dijelaskan secara ilmiah.

πŸ˜„Anak laki-laki usia 5 tahun suka menyentuh payudara ibu dan suka terlihat menggesekkan penisnya. Bagaimana respon orangtua?
πŸ‘© Harus dijelaskan halus tapi tegas., misalnya “mama tidak suka kalau adek pegang payudara mama, tidak boleh ya”. Ketegasan diperlukan namun dengan lemah lembut.


πŸ˜„ Bagaimana jika pasangan masih merasa tabu dengan edukasi kespro?
πŸ‘©Gunakan komunikasi produktif, dibicarakan dan di clearkan serta dikomunikasikan dengan baik. Bukan hanya kepada pasangan, Kakek/Nenek pun perlu informasi tentang edukasi kespro ini. Karena anak tidak hanya berkomunikasi dengan orangtua saja.


πŸ˜„ Anak usia 11 tahun apakah perlu dijelaskan secara langsung atau menunggu anak bertanya?
πŸ‘© Perlu dijelaskan meskipun tidak bertanya. Tapi diajak bicara, dari sisi agama, bukan menunggu di tanya, tapi orangtua juga inisiatif memulai di waktu yang tepat. Milikilah komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak.


πŸ˜„ Anak sudah diajarkan dengan benar, namun tetangganya bilang kalau itu pekataan kotor
πŸ‘© Gunakan bahasa yang ilmiah, penis, vagina, alat kelamin, karena akan kembai ke budaya kita yang tabu dan bahasa daerah lekat dengan budaya.


Terima kasih kepada Mba Anggi yang telah berbagi hasil notulanya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Topi AFM 2

Upluk coklat adalah upluk yang pertama kali kami beli saat car free day hari Minggu di Telaga Golf. Saat itu usia Dede Fayy masih 4 bulan. ...