Keindahan cinta bukan karena seberapa besar dan banyak kau berikan sesuatu padanya melainkan seberapa kuat kalian bertahan dalam suka maupun duka

Kamis, 06 Juli 2017

Cinta dan Persahabatan (Part 2)


Dila

Ada sebuah kampung yang penuh dengan suasana kesejukan, ketentraman, dan kehangatan warganya. Kampung Sawah namanya. Sesuai dengan namanya, kampung itu di kelilingi sawah-sawah di sekitarnya. Padi tampak hijau, pepohonan tampak berjejer di setiap sudut rumah maupun pinggir jalan, menambah daya tarik tersendiri. Suasana islami sangat kental di kampung itu. Sebagian besar warganya tak pernah meninggalkan sholat jamaah di masjid. Kegiatan-kegiatan keagamaan pun menjadi agenda setiap tahunnya.

Siang itu tanggal 3 Syawal, tampak para pengurus masjid dan santri mendirikan tenda dan mengatur kursi di halaman. Pengajian dalam rangka Halal bi Halal warga Kampung Sawah menjadi agenda pada hari itu. Kegiatan ini memang rutin dilakukan setiap tahunnya. Seperti biasa, tampak Kyai Hamid yang langsung mengomandoi persiapan pengajian. Beliaulah Kyai di Kampung Sawah. Pemilik Pesantren Al-Muthmainnah. Seorang kyai yang sangat disegani namun selalu dekat dengan jamaah, bahkan ceramah-ceramah beliau selalu ditunggu. Kocak dan penuh kalimat hikmah, itulah gambarannya.

Malam telah tiba, banyak warga berdatangan ke masjid untuk mengikuti pengajian. Sebagian besar sudah berada di tempat karena mengikuti jamaah isya. Mereka begitu antusias untuk mengikuti pengajian dalam rangka halal bi halal.

Sebelum pengajian, grup Al Banjari Taman Santri menampilkan  sholawat yang diiringi dendangan alat musik al banjari. Nampak semua mengikuti dengan riang dan tak sedikit para jamaah yang ikut bersholawat mengikuti vokalisnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 20.30, tibalah saatnya acara inti. Pembawa acara maju dan memulai acara pada malam itu. Diawali dengan pembukaan lalu dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Quran.

Surat Ali Imran 133-136 dibaca oleh qoriah usia 14 tahun yang juga sebagai vokalis Al Banjari Taman Santri. Rangkaian ayat terucap dengan suara merdu, membuat hati para jamaah bergetar. Beberapa jamaah pun ada yang meneteskan air mata, menikmati lantunan ayat suci dari qoriah yang tampil. Rangkaian acara pun dilanjutkan dengan sambutan-sambutan lalu acara inti, pengajian dari Kyai Hamid.

Selesai acara, banyak yang membicarakan sesosok gadis rupawan, pembaca ayat suci Alquran. Pelantun sholawat nabi yang mempunyai suara merdu. Dia adalah Dila, putri satu-satunya Kyai Hamid. Sosok gadis yang menjadi kebanggaan warga Kampung Sawah. Banyak orang yang terkagum-kagum dengannya. Selain punya suara yang membuat hati menjadi tenang, di usia yang baru 14 tahun, dia sudah menjadi hafidzah.

Dila tumbuh seperti gadis biasanya. Dia punya banyak teman di kampungnya maupun pesantren abinya. Tekad yang kuat dari abi dan uminya membuat Dila tumbuh dan berkembang menjadi seorang hafidzah di usia muda. Tawadu’nya kepada abi dan umi benar-benar menjadi teladan bagi para santri di Pesantren Al-Muthmainnah.

Dila, gadis kecil nan rupawan bersuara merdu dengan kemuliaannya sebagai hafidzah


Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Topi AFM 2

Upluk coklat adalah upluk yang pertama kali kami beli saat car free day hari Minggu di Telaga Golf. Saat itu usia Dede Fayy masih 4 bulan. ...