Supaya ilmunya tidak hilang begitu saja, saya coba menulis ulang materi yang terjadi pada Hari Kamis, tanggal 28 Mei 2020 pukul 13.00 sampai dengan 15.00 WIB bersama founder Neuroparenting, dr. Amir Zuhdi.
Tulisan ini saya rangkum dari Voice Note dan juga catatan-catatan saat diskusi menggunakan Zoom Meeting.
Supaya anak cakap emosi, perlu 3 hal:
- Bagaimana anak mengenal emosi
- Melatih/mengajari anak-anak untuk mengelola emosi
- Melatih anak meraba/merasakan emosi oranglain/berempati pada orang lain
Kecakapan emosi anak memiliki peran yang sangat penting/strategis dalam membangun kesuksesan kehidupan anak.
Dalam kehidupan selanjutnya, anak tidak hanya perlu kecerdasan intelektual saja, namun anak perlu juga memiliki keterampilan/kecakapan di bidang emosi. Bagaimana anak mengelola emosi sendiri, bagaimana saat anak jatuh bisa segera bangun, bagaimana anak membangun ketangguhan dirinya menghadapi tekanan-tekanan, menghasilkan karya-karya besar, bagaimana anak berinteraksi dengan yang lain, menyampaikan ide-idenya, menyampaikan hal-hal yang tidak berkenan atau bahkan menyampaikan ide yang brilian, kemampuan anak-anak menyelesaikan persoalan suatu masalah, mana yang diselesaikan terlebih dahulu (skala prioritas).
Peran emosi ini luar biasa untuk meningkatkan kecerdasan anak yang lebih berkualitas.
Secara umum, anak membutuhkan minimal 5 kecerdasan.
- Kecerdasan gerak/kecerdasan kinestetik
- Kecerdasan emosi
- Kecerdasan torentif, anak mampu mengkalkulasi, menghitung (untung-rugi, resiko) dll
- Kecerdasan sosial
- Kecerdasan spiritual
Kecerdasan-kecerdasan lainnya akan mengacu pada wilayah kelima kecerdasan tersebut.
Sejak awal kehidupan anak (dalam kandungan), perkembangan emosi anak sudah dimulai. Salah satunya saat sang ibu sering mengalami kecemasan, maka anak akan mudah mengalami rasa cemas pula. Saat anak lahir, proses perkembangan emosi sangat cepat karena ada respon lingkungan, ada variasi-variasi emosi anak, ada aktivitas-aktivitas rasional anak, ada aktivitas fisik anak, termasuk adanya emosi orangtuanya sendiri.
Mengapa sejak awal perkembangan emosi anak sudah mulai? karena emosi adalah kapasitas otak. Proses emosi itu terjadi di dalam otak.
Proses perkembangan otak itu sangat cepat sehingga membutuhkan peran pengasuhan orangtua yang paham.
Pada faktanya, banyak orangtua yang memilih pengasuhan keterampilan kecerdasan intelektual lebih dulu. Hal tersebut sah-sah saja, asalkan emosinya sudah disiapkan dengan baik. Jika anak tantrum di usia 2-3 tahun, itu masih hal wajar karena perkembangan otaknya belum sempurna, namun jika masih tantrum di usia 5-7 tahun maka orangtua harus bersiap-siap memprioritaskan itu karena jika tidak hal itu bisa terbawa hingga usia tua. Kecerdasan emosi anak berhubungan dengan mengenali, mengelola/mengendalikan perasaan yang di alami, dan kemampuan anak bisa membaca respon orang lain (empati).
Pada kuliah online hari ini, tujuan nya adalah orangtua bisa mengetahui cara sederhana mengaktifkan 1 fasilitas/piranti otak yang berhubungan dengan emosi anak. Apa itu? namanya MIROR NEURON/Neuron cermin anak.
Jika neuron cermin anak teraktivasi maka anak akan dengan mudah menerima pelajaran-pelajaran emosi yang diajarkan orangtuanya.
Cara mengaktifkan mirror neuron itu dengan memberikan contoh-contoh dengan kondisi yang nyaman, menyenangkan, salah satunya bisa dengan storiteling
Orangtua mengetahui bagaimana menghadirkan pengalaman-pengalaman emosi anak yang konstruktif/positif yang secara otomatis orangtua pun harus tahu bagaimana mencegah pengalaman-pengalaman destruktif pada anak
Jika neuron cermin anak teraktivasi maka anak akan dengan mudah menerima pelajaran-pelajaran emosi yang diajarkan orangtuanya.
Cara mengaktifkan mirror neuron itu dengan memberikan contoh-contoh dengan kondisi yang nyaman, menyenangkan, salah satunya bisa dengan storiteling
Orangtua mengetahui bagaimana menghadirkan pengalaman-pengalaman emosi anak yang konstruktif/positif yang secara otomatis orangtua pun harus tahu bagaimana mencegah pengalaman-pengalaman destruktif pada anak
Pengalaman konstruktif maupun destruktif pada anak tidak langsung hilang. Ketika memori jangka pendek memiliki konten emosi yang sangat besar maka akan berubah menjadi memori jangka panjang. Ini artinya yang seharusnya memori itu hilang dalam waktu 1 sampai 2 jam bisa bertahan hingga beberapa minggu, bulan, bahkan bertahun tahun.
Pengalaman emosi bisa menjadi referensi saat berfikir untuk memilih dan mengambil keputusan.
Esensi dari pengasuhan adalah membangun pengalaman-pengalaman emosi anak yang konstruktif/positif.
Pengasuhan yang sukses adalah saat anak-anak memiliki pengalaman emosi yang konstruktif.
Manfaat anak memiliki pengalaman emosi yang konstruktif yaitu anak menjadi percaya diri dan harga diri anak menjadi naik sehingga saat mereka menghadapi tantangan kehidupan, dia menjadi percaya diri. Bagi dia, MASALAH ITU TIDAK ADA YANG ADA HANYALAH BAGAIMANA CARA MENYELESAIKAN MASALAH TERSEBUT. Masalah itu bukan untuk diratapi, masalah itu salah satu bagian dari proses memperbaiki kedepannya.
Mengapa anak bisa tantrum?
Karena anak belum mengenal emosinya sendiri.
Emosi adalah kapasitas otak. Memperbaiki emosi=memperbaiki otak
Emosi bisa di kelola, emosi bisa diperbaiki, namun jika usia anak lebih dari 14 tahun prosesnya tidak secepat anak yang usianya dibawah 14 tahun.
Syarat mengenalkan emosi pada anak, yaitu orangtua harus cakap dengan emosi, misalnya orangtua harus bisa membedakan mana cemas mana takut.
Jika anak sedih, peluk anak, berikan waktu hingga mereda, baru ajak ngobrol..
Otak anak itu sangat 'gila' aktivitasnya, apalagi saat usia 0-3 tahun, cepet banget...bayangkan jika orangtua salah dalam mengasuh di usia 0-3 tahun (usahakan permainannya jangan gadget).
Takut adalah 'mbah' nya emosi. Dalam otak, amigdala merespon ketakutan 2/3, sedangkan kesenangan hanya 1/3. Sebagai orangtua harus mampu merubah ketakutan dengan chalenge (tantangan).
Cara menghadirkan pengalaman emosi konstruktif
Membangun pengalaman emosi, anak harus dilibatkan dalam kondisi tersebut. Misal jangan dikira anak main ayunan hanya sebatas ayunan saja, jika dia bermain dengan gembira, ketawa cekakakan, itu artinya dia sedang belajar bagaimana makna "kebersamaan". Ciptakan pengalaman-pengalaman konstruktif yang banyak.
Cara melatih emosi anak
Syarat utama, orangtua harus paham dulu 5 emosi dasar (takut, marah, sedih, jengkel, senang )
Latih anak dengan mengenali ekspresi wajah, jika wajah agak sulit, maka bisa diganti dengan warna, misal sedih dengan kelabu dan sebagainya.
Salah satu syarat supaya Mirror Neuron teraktivasi yaitu dengan melakukan kedekatan bonding/membangun bonding, bangun rasa percaya. Hati-hati dengan janji-janji pada anak, jika tidak bisa menunaikan janji, jangan malu untuk meminta maaf.
Asal anak nyaman,transmisi nilai-nilai akan mudah.
Indikator anak nyaman dengan orangtua yaitu "Anak terbuka dengan orangtua"
Marah Sehat yaitu "Mas, bunda jengkel karena ......."
Jangan reaktif tapi responsif...apa bedanya?
Namun responsif ini jangan terlalu lama, misalnya dalam hal mengambil keputusan, jangan lama lama.
Pengalaman emosi bisa menjadi referensi saat berfikir untuk memilih dan mengambil keputusan.
Esensi dari pengasuhan adalah membangun pengalaman-pengalaman emosi anak yang konstruktif/positif.
Pengasuhan yang sukses adalah saat anak-anak memiliki pengalaman emosi yang konstruktif.
Manfaat anak memiliki pengalaman emosi yang konstruktif yaitu anak menjadi percaya diri dan harga diri anak menjadi naik sehingga saat mereka menghadapi tantangan kehidupan, dia menjadi percaya diri. Bagi dia, MASALAH ITU TIDAK ADA YANG ADA HANYALAH BAGAIMANA CARA MENYELESAIKAN MASALAH TERSEBUT. Masalah itu bukan untuk diratapi, masalah itu salah satu bagian dari proses memperbaiki kedepannya.
Karena anak belum mengenal emosinya sendiri.
Bagaimana membenahi anak yang tantrum?
Benahi emosi diri sendiri dulu
Emosi adalah kapasitas otak. Memperbaiki emosi=memperbaiki otak
Emosi bisa di kelola, emosi bisa diperbaiki, namun jika usia anak lebih dari 14 tahun prosesnya tidak secepat anak yang usianya dibawah 14 tahun.
Syarat mengenalkan emosi pada anak, yaitu orangtua harus cakap dengan emosi, misalnya orangtua harus bisa membedakan mana cemas mana takut.
Jika anak sedih, peluk anak, berikan waktu hingga mereda, baru ajak ngobrol..
Otak anak itu sangat 'gila' aktivitasnya, apalagi saat usia 0-3 tahun, cepet banget...bayangkan jika orangtua salah dalam mengasuh di usia 0-3 tahun (usahakan permainannya jangan gadget).
Takut adalah 'mbah' nya emosi. Dalam otak, amigdala merespon ketakutan 2/3, sedangkan kesenangan hanya 1/3. Sebagai orangtua harus mampu merubah ketakutan dengan chalenge (tantangan).
Cara menghadirkan pengalaman emosi konstruktif
Membangun pengalaman emosi, anak harus dilibatkan dalam kondisi tersebut. Misal jangan dikira anak main ayunan hanya sebatas ayunan saja, jika dia bermain dengan gembira, ketawa cekakakan, itu artinya dia sedang belajar bagaimana makna "kebersamaan". Ciptakan pengalaman-pengalaman konstruktif yang banyak.
Cara melatih emosi anak
Syarat utama, orangtua harus paham dulu 5 emosi dasar (takut, marah, sedih, jengkel, senang )
Latih anak dengan mengenali ekspresi wajah, jika wajah agak sulit, maka bisa diganti dengan warna, misal sedih dengan kelabu dan sebagainya.
Salah satu syarat supaya Mirror Neuron teraktivasi yaitu dengan melakukan kedekatan bonding/membangun bonding, bangun rasa percaya. Hati-hati dengan janji-janji pada anak, jika tidak bisa menunaikan janji, jangan malu untuk meminta maaf.
Asal anak nyaman,transmisi nilai-nilai akan mudah.
Indikator anak nyaman dengan orangtua yaitu "Anak terbuka dengan orangtua"
Marah Sehat yaitu "Mas, bunda jengkel karena ......."
Jangan reaktif tapi responsif...apa bedanya?
Namun responsif ini jangan terlalu lama, misalnya dalam hal mengambil keputusan, jangan lama lama.
Cara mengasah kecerdasan anak-anak yaitu dengan bergerak. Jangan fasilitasi anak dengan mainan yang menuntut untuk diam duduk manis.
Pengalaman emosi ini bisa didapat juga melalui bercerita. Ini yang paling enak....karena dengan storitelling membuat komponen otak yang terlibat.
Orangtua jangan malu, jika anak pertama emosinya berantakan.
Anak diatas 14 tahun sudah terbentuk mindset, inilah yang membuat agak sulit untuk merubah...
Salah satu cara membangun bonding untuk anak yang usianya diatas 17 tahun yaitu orangtua harus memiliki kemampuan mendengar yang bukan mengevaluasi. Sering-seringlah ajak ngobrol tentang apa yang disukai anak.
Gizi/nutrisi mempengaruhi perkembangan otak.
Nutrisi tidak hanya makanan, namun bisa juga berbentuk informasi.
Coba bangun kebiasaan anak-anak untuk cemilan makanan yang bagus buat otak, misal ikan, kacang, dan sebagainya.
#kuliahonline#belajarcakapemosi
#mengikatilmu
#part1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar