Keindahan cinta bukan karena seberapa besar dan banyak kau berikan sesuatu padanya melainkan seberapa kuat kalian bertahan dalam suka maupun duka

Senin, 02 September 2019

Duduk Perut AFM 2

Kehamilan kedua banyak yang mendukung namun ada juga yang berkata dengan nada agak meledek, seperti

"hah, udah hamil lagi?"
"Emang ga di KB?"
"Kebobolan ya?"
"Ih...kasian kakaknya..."

Sering dapet kalimat-kalimat itu.. Namun tak pernah ibu pedulikan 😂 karena nambah nambahin beban pikiran aza 🤣

"Enggak ko, emang sengaja"
"biar capek sekalian"
"biar Zahra ada temen mainnya"
"biar mainnya ga usah jauh jauh", balas ibu terhadap perkataan mereka

Saat usia Kakak Zahra 8 bulan, ibu telah mengandungmu 1 bulan. Alhamdulillah, Allah memberikan kekuatan. Bagaimana tidak, saat ibu mengandungmu,,,
  • Itu adalah saat dimana Kakak Zahra aktif belajar berjalan...Bada dzuhur atau sebelum dzuhur, Kakak Zahra sering mengajak keluar rumah untuk merasakan kaki barunya bisa berjalan, walaupun saat itu masih dipegangi kedua tangannya oleh ibu. Jalan mengitari komplek dan biasanya pulang bada ashar bareng dengan ayah yang pulang dari mesjid setelah sholat ashar berjamaah.
  • Ibu masih bisa melakukan perjalanan pulang pergi menggunakan motor hingga usia kandungan 9 bulan dengan jarak tempuh PP 46 km. Saat itu, ibu ditugaskan kursus di English First selama 2 bulan dan setibanya di rumah masih bisa bermain dengan Kakak Zahra
  • Menggendong Kakak Zahra saat sholat
  • Melakukan perjalanan menggunakan kereta api ke Nganjuk dalam rangka acara setahunan Kakak Zahra
  • Dinas keluar kota pulang pergi Depok-Bogor, Depok-Tangerang, Depok Jakarta
  • Setiap hari Sabtu, Belajar B.Isyarat di KSI (Koalisi Seni Indonesia) yang beralamat di  Jl. Amil No.7A, RT.1/RW.3, Pejaten Bar., Kec. Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510 menggunakan motor dan KRL 
  • Berpuasa fuul di bulan ramadhan
  • Bekerja di kantor seperti biasanya
  • Belanja dan memasak makanan untuk Kakak Zahra dan Ayah
  • Tidak merasakan mual, muntah, pusing, atau bahkan bedrest

Awalnya ibu tetap menyusui Kakak Zahra kalau malam..namun lama kelamaan, ibu sering mengalami kontraksi, akhirnya Kakak Zahra full dibantu Lactogrow 😅

Alhamdulillah, melewati kehamilan kedua dengan begitu nikmat, semua ini berkat kuasaNya kemudian di dorong oleh suport Ayah tercinta. Setiap bulan, Ayah rutin mengajak ibu periksa ke dokter kandungan, rutin menyediakan obat dan multivitamin, rutin mengajak jalan-jalan, rutin memberikan cinta hangat untuk keluarga, rutin membuat kejutan, kejutan sederhana namun sangat membuat ibu bahagia seperti membantu membereskan rumah, mencuci piring, membantu menjemurkan pakaian dan kalau lagi ada rejeki selalu bertanya " mau di belikan apa?" atau tanpa bertanya, Ayah sering membelikan makanan yang ibu suka. Ayah semakin romantis. Terima kasih ayah...😘

Yang membedakan di kehamilan kedua, ibu merasa lebih santai kaya di pantai dan lebih slow kaya di pulau 😂, makan apa aza tak ada pantangan, dan tak ada ritual khusus (misal pake ini lah pake itulah),periksa kandungan  ke 2 dokter dan 2 bidan 😂 bergantian menjelang waktu persalinan


Persiapan
Tak ada persiapan khusus untuk kelahiran mu nak, karena barang-barang yang dulu dipakai Kakak Zahra masih layak pakai,  maklum selisih umur hanya 17 bulan 😋


Kelahiran
Sempat bingung menentukan tempat lahiran di mana. Awalnya yakin akan lahiran di RSIA Asyifa Depok, namun setelah mendapat informasi bahwa dr. Anisar cuti sampe tanggal 4 Januari 2019 ibu menjadi galau (HPL 2 Januari 2019)

"Hmmm...kalau dr. Anisar yang biasa meriksa kandungan cuti, masa ntar kalau ada apa apa di bantu sama dr. Cowo c....😑", ibu membatin dalam hati 😒

Lamunanku buyar saat Ayah berkata, "beb, kalau menurut aku c ya, kan dr. Anisar cuti, ntar pasti di bantunya sama bidan, mendingan langsung di bidan aza...toh nanti kita bayar level dokter tapi yang nanganin bidan. Tapi terserah sampean c, karena nanti yang bakal ngejalanin kan sampean, aku cuma ikut suport aza"

Makin galau aza ketika keputusan harus ditentukan sendiri dengan mempertimbangkan ini itu, hmmm...rasanya itu bikin makin pusiang..😆

Dalam hati c pengen tetep di RSIA Asy***a, karena selama kehamilan dominan rutin kontrol di sana, orang orangnya juga enakeun buat di ajak kerjasama, tapi denger saran dari Ayah membuat ibu mengurungkan hati untuk mengutarakan pendapat, ibu hanya bisa mengangguk saja menandakan akan lahiran di bidan.

"Ya udah, ntar periksa ke bidan Gh**lin aza ya, biar nanti bidannya ga kaget, setidaknya pernah nanganin sampean", ajak ayah kepada ibu di akhir pembicaraan.

Setelah beres di periksa, Ayah membaca ekspresi ibu yang mengisyaratkan kekurangsukaan.

"beb, aku tanya jujur neh, sampean sebenernya pengen lahiran di mana c?"

Ibu diam sejenak

"beb", kata Ayah yang menunggu jawaban ibu

"Sebenernya c aku pengen nya di rumah sakit beb, karena kalau ada apa-apa bisa di tangani langsung, alatnya kumplit. Kalau ga di RSIA Asy***, ya di RS P****ta Hati Depok atau di klinik t*** biar bisa pake BPJS atau kalau ada apa-apa bisa langsung ke RS P****ta , kalau di bidan, ntar perjalanan lagi ke RS nya"

"ya udah kalau gitu, kalau aku c g masalah mau di mana aza, yang penting sampeannya nyaman"

Alhamdulillah, punya suami yang dukung dan pengertian banget

Selang beberapa hari, ibu nyeletuk

"beb, aku penasaran sama klinik t***"

"lah, sampean gimana? Mau nyoba?"

"hihihi,,, maafkan istrimu ini yang plin plan, wkwkwk Iya beb, aku pengen coba.."

"hadeuh...ya udah besok periksa sama ibu (nenek)"

"OK beb"

Keesokan harinya, ibu dan nenek pergi ke klinik t*** menggunakan gojek. Setibanya di sana, kami di arahkan untuk langsung ke belakang. Dengan senang hati kami pun berjalan kaki ke tempat bidan yang jaraknya kurang lebih 150 m dari klinik t***.

"Yes,,, ibu jadi pasien pertama yang akan di periksa, ini berarti akan cepat sampai pula ke rumah", bisik ibu dalam hati

Saat berhadapan dengan petugas, ia bertanya, mana surat pengantar dari bidan?

Ibu jawab, "ga ada"

"berarti ibu harus balik lagi ke depan, minta surat pengantar dari bidan"

Baiklah, akhirnya ibu meminta nenek untuk menunggu di bidan saja karena kasian, takut capek bulak balik dan juga karena cuaca yang puaaanaas...saat itu kurang lebih jam 13.00

Tiba di klinik t***, ibu mendapat antrian no. 25. Dengan masih ngos ngosan, ibu pun duduk manis menunggu giliran. Hampir setengah jam menunggu, kok ga ada panggilan melalui pengeras suara, akhirnya ibu pun bertanya kepada petugas dan mendapatkan info bahwa untuk periksa bidan dipanggil berdasarkan nama dan tempatnya di pojokan (sambil menunjuk tempat). Hhaaddeeuuhh....🤦🏼‍♀bukan nya bilang dari tadi


Saat tiba giliran, ibupun masuk kemudian duduk. Ibu hanya di tanya nama dan umur lalu langsung di berikan surat pengantar. Tidak ada pemeriksaan tensi dan tidak ada senyum ramah dari petugas saat itu. Mungkin yang bersangkutan sedang banyak masalah kali ya, atau mungkin karena terlalu banyak pasien, atau mungkin karena ibu menggunakan BPJS, entahlah...

Lalu ibu pergi kembali ke belakang bersama nenek yang ternyata menyusul ke depan. Nenek khawatir di tinggal karena ibu terlalu lama meninggalkan nenek di tempat bidan 😂

Surat sakti sudah ada dalam genggaman, pukul 14.30 ternyata ibu menjadi pasien terakhir 🤣 yang akan di USG

sambil menunggu di panggil dokter, ibu membaca tulisan yang tertempel di pintu
"USG intip 100 ribu"
"USG print 180 ribu"

Whhaatt??????😱

Ibu kaget, mengetahui harga yang terpampang itu, ibu segera cek isi dompet yang ternyata cuma ada 105 ribu 😂. Ibu sengaja tak bawa uang cash karena berfikir GRATIS (kan pake BPJS)


Saat di ruangan USG, dokternya kurang begitu ramah dan kurang informatif. Ibu yang banyak tanya, bagaimana air ketubannya apakah cukup atau kurang, apakah ada lilitan di leher atau tidak, apalah plasentanya menutupi jalan lahir atau tidak, bagaimana denyut jantungnya apakah sehat atau tidak, apa jenis kelaminnya. Yang membuat ibu terkejut, dr itu mengatakan bahwa jenis kelaminya MUNGKIN perempuan dan HPL nya 11 Januari 2019

OMG.....menjawab jenis kelaminnya saja dengan nada ragu dan sambil lalu. Beda 180 derajat dengan dr. Anisar yang tanpa diminta pun, selalu memberikan informasi, ini kepala, ini tangan, ini paha, ini kaki, ini denyut jantungnya, plasenta, ketuban, jenis kelamin, dan untuk selalu yakin dengan kekuasaanNya.


Dari hasil periksa dan sikap para petugasnya, membuat ibu mantap untuk tidak lahiran di klinik t***. RS P****ta Hati depok pun tak jadi pilihan karena harus menyiapkan dana kurang lebih 8 juta untuk lahiran normal dan 19 juta untuk cesar. Walaupun sebenarnya uang bukan masalah bagi kami, insya Allah masih bisa di ikhtiarkan, namun saat itu ibu tiba-tiba lebih condong untuk lahiran di bidan. Bertemu langsung dengan bidan Gh**lin membuat ibu semakin mantap untuk lahiran di bidan. Bidan Gh**lin ini orangnya ramah, cantik, komunikatif, dan informarif. Dia memberikan pelayanannya prima, penanganannya cepat, sabar, dan yang terpenting ramah banget. Tak heran jika gelar bidan delima disandang olehnya.


29 Desember 2018
Pukul 14.00 setelah ikut tidur siang bersama Kakak Zahra, ibu merasakan basah di celana dalam, lalu Ibu ceritakan pada Ayah. Dengan sigap, Ayah mengajak untuk periksa lagi di bidan bada ashar.

Pukul 17.30 tiba di Bidan Gh**lin langsung konsultasi dan dilakukan pengecekan dalam, alhamdulillah, ternyata ibu sudah bukaan 2 namun saat itu belum merasakan mulas. Disarankan oleh bidan untuk kembali ke rumah dan jika sudah merasakan mulas jam berapa pun untuk segera datang kembali ke bidan.

Bada isya, ibu merasakan getaran cinta dengan frekuensi 10 menit sekali. Ayah mengajak ibu untuk kembali ke bidan, namun ibu selalu bilang nanti aza 😅 hingga waktu menunjukkan pukul 23.00 akhirnya ibu menuruti ajakan ayah. Dengan menggunakan sepeda motor dan membawa perlengkapan yang di simpan dalam 1 koper dan 1 tas tenteng, kami melaju perlahan menuju Bidan Gh**lin.

Setibanya di sana, ternyata ibu sudah bukaan 4. Ibu ditangani oleh 2 bidan yang sedang praktek. Dari bidan tersebut ibu di minta untuk duduk di atas bola lalu menggoyang goyangkan pinggung, katanya untuk mempercepat pembukaan. Ibu ditemani Ayah melakukan olahraga malam ini hingga pukul 01.00 (tanggal 30 Desember 2018) karena ibu sudah merasa capek, dan banyak nyamuk yang menggigiti, akhirnya pindah ke dalam untuk berbaring.

30 Desember 2018
Frekuensi gelombang cinta semakin cepat, sekarang sudah 5 menit sekali. Saat gelombang itu datang, ibu berkata "beb" dan ayah pun langsung mengelus elus punggung ibu. Cara ini cukup meringankan rasa sakit yang ibu rasakan.

Pukul 03.00 ibu ingin ke kamar mandi untuk buang air kecil, ternyata di kamar mandi, bukan hanya BAK namun juga BAB, wkwkw.. Saat BAB, ibu khawatir yang keluar kepala bayi, tapi ternyata yang keluar sesuai dengan apa yang di harapkan 🤭. Beres dari kamar mandi, 2 bidan tadi mengecek dalam lagi, kali ini ternyata sudah bukaan 7. Alhamdulillah..

"teh, kalau udah kerasa mules mau BAB, bilang ya", ujar sang bidan

Sambil menahan efek gelombang cinta itu, ibu hanya bisa mengangguk

Tak lama kemudian, rasa itu pun datang, dengan sigap 2 bidan itu datang disusul oleh Bidan Gh**lin, ternyata bukaan sudah lengkap 10. Gelombang cinta itu pun semakin menghebat. Ibu yang tak pernah latihan yoga prenatal dan tak pernah latihan pernafasan,

membuat ibu ingin selalu mengejan. Kemudian Bidan Gh**lin meminta ibu untuk beristigfar dan menahan mengejan sebelum di instruksikan olehnya.

Ayah dengan setia mendampingi ibu memberikan dukungan moril. Seingat ibu, ibu hanya mengejan kuat 3 kali, satu kali sebelum waktunya dan 2 kali setelah di intruksikan. Saat mengejan yang ketiga, kau lahir ke dunia tepat jam dinding menunjukkan pukul 03.45. Saat itu ibu tak merasakan kau keluar sebagaimana proses Kakak Zahra yang kepalanya tersendat  di lubang vagina 😂. Ibu tetiba melihat seorang bayi yang posisi kaki di atas dan kepala di bawah sambil di goyang goyangkan Ternyata kau lahir bersama air ketuban dan tidak langsung menangis, itulah sebabnya ibu tak merasakan sakit. Bidan Gh**lin langsung memberikan kau ke pelukan ibu untuk dilakukan IMD selama 1 jam. Dan saat yang bersamaan juga dilakukan 4 jahitan. Alhamdulillah wa syukurilah, engkau hadir melengkapi kebahagiaan kami.

Lahir dengan berat badan di luar dugaan, ternyata Allah memampukan ibu untuk melahirkan seorang bayi dengan berat badan 3,55 kg panjang 51 cm dan lingkar kepala 33 cm. Subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaaha illallahu wallahu akbar, wa laa haula walaa quwwata illa billah



Abdullah Fayyadh Muhana


Abdullah--> Hamba Allah
Fayyadh--> Orang yang mulia
Muhana--> Berjiwa Tenang

itulah nama yang kami berikan untukmu. Kami berdoa, semoga kelak kau menjadi hamba Allah yang memiliki akhlak mulia serta berjiwa tenang. Aamiin




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Topi AFM 2

Upluk coklat adalah upluk yang pertama kali kami beli saat car free day hari Minggu di Telaga Golf. Saat itu usia Dede Fayy masih 4 bulan. ...