Ikut nimburung diskusi kali ini, membuat lisan tak mampu bergerak. Walalupun penyaji tidak berniat untuk menakut-nakuti, tapi sejujurnya saya menjadi takut dengan contoh kasus yang dipaparkan
Ditambah secuil kisah yang dialami oleh teman sekelas tentang keluarga atau temannya
ade ku pernah kecanduan games online. setelah ditelusuri penyebabnya gak serta merta anak kecanduan. Semuanya di mulai dari kecil. Dulu ortuku cukup longgar soal nonton tv. Adeku nonton tv terus tayangan kartun, cnn, aman dan edukatif. Di sekolah cukup berprestasi, bhkan pengetahuan umumnya lebih dari tmn2nya. Krn hasil nonton itu.
Tapi ternyata kebiasaan nonton tv ini membuat adeku penasaran dg program lainnya. Mulailah ke warnet, maen games diam2. Masih aman. Sampai kemudian adeku di masukin ke pesantren. Sekitar kelas 2 SMP baru ketahuan kalau dia sering kabur hanya untuk ngewarnet maen games. Sampai nginep berhari2. Sulit ditangani. Uang spp, ekskul juga dipake ngewarnet. Sepupu saya tiap minggu keliling garut nyari warnet tempat adeku maen. Katanya isi warnet itu bapak2 dan orang dewasa lainnya. Ya Allah ngeri kalau inget ini.
Secara prestasi adeku gak jeblok banget. Nilai ujian b. Inggrisnya selalu terbaik bahkan. Tapi kemampuan sosial dan adaptasinya rendah banget. Dikehidupan nyata sering gak fokus, sulit ditekan. Pdhl udah stop ngegames online semenjak SMA kls 3.
Sekarang sudah kuliah. Sejauh ini menurut saya, emosi ade kaya masih anak SMA. Kemampuan problem solving, managerialnya masih perlu dikejar supaya sesuai dg setatusnya sbg mahasiswa.
Pembelajarannya : mencegah kecanduan utk melelahkan tapi mengobati yg kecanduan jauh lebib lelah secara emosi, pikiran, bahkan tenaga.
Sesuatu yg simple kaya nonton tv tayangan edukasi aja, kl gak bijak dan penuh tanggung jawab bisa jadi pemicu rasa penasaran untuk coba tayangan lainnya.
Kasih gadget tuh emng bikin pinter tp pinter di kognitif doang, kemampuan bersosialisasi, mengelola emosi, dll itu butuh interaksi non gadget ternyata.
Teman saya dulu, anak orang kaya, sampai mencuri speaker dan headset warnet, serta rela jadi tukang parkir demi dapat uang untuk main game.
Saat smp dia sering bolos dan berada di tempat game online. Ibunya sampai nangis2.
Tapi sepertinya ini didikan keluarga juga, karena ayahnya juga mengajarkan mengambil milik orang lain.
Contoh : saat menginap di tempat wisata, mereka ke pemancingan pagi2 sekali, lalu mengambil ikan dan memasukkannya ke dalam plastik tanpa ditimbang/membayar ke pengelolanya
Sekedar sharing bbrp mmgg lalu Dan sharing dg psikilog, ada kasus anak ustadz yg sgt tjaga lingkungan rumah Dan sekolahnya namun tyt mndapatkan info pornografi Dr tukang ojek langganan kelg nya
Masya Allah.....tantangan masa kini sungguh luar biasa
Jadi teringat dengan
Sabda Rasulullah SAW
"Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian".
Sempat terfikir, sterilisasi media digital aza gitu ya?
namun, perlu kita ingat kembali, kita tak selamanya bisa membersamai dan mengawasi anak.
Lalu orangtua harus gimana dong?
Orangtua bersikap bijak terhadap pemakaian media digital bagi anak
Bukan STERILISASI namun perkuat IMUNITAS
Ini masih menjadi PR bagi kami.
Ya Rabb....
Bimbinglah kami untuk bisa menghantarkan anak-anak kami menuju manusia yang berguna bagi agama, keluarga, bangsa dan negara
#Bunsaylevel11
#Fitrahseksualitas
#kuliahbundasayangIIP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar