Aku tak tahu kamu
sekarang lagi apa di alam sana. Apakah kamu masih bercakap-cakap dengan Tuhan?
Atau lagi bergembira ria karena akan segera ditiupkan ke dalam rahim ibumu.
Ahh...sekali lagi aku tak tahu kamu sedang apa. Ayah dan ibu siap menyambut
kehadiranmu sayang, ayah dan ibu siap memelukmu, mendekapmu, dan membimbingmu dengan
penuh cinta.
Apakah kamu disana tahu,
kami begitu senang melihat perkembanganmu dalam rahim ibumu. Iya, kami memang
benar-benar tak sabar segera bertemu denganmu. Tujuh bulan lagi sayang, tujuh
bulan lagi kami akan mendengar tangisan pertamamu saat kamu melihat dunia ini,
tangisan cintamu yang bisa membuat kami meneteskan air mata bahagia.
Dua bulan sudah berlalu,
dan kami senang sekali sayang, kamu sehat dan berkembang dengan baik. Tak
henti-hentinya ayah dan ibu bersyukur pada Allah Sang Pencipta. Sabtu lalu
sesuai saran dokter, kami ingin mengetahui kondisimu, sehingga kami periksa ke
RSIA Asyifa Depok.
“Beb, habis magrib kita
langsung siap-siap ke Asyifa ya, takutnya antri banyak” kata ayah kepada ibumu di
sela-sela makan sore hari, “Iya beb, entar habis magrib kita berangkat” kata
ibumu
Sesuai
rencana, kami pun segera berangkat ke Asyifa setelah magrib. Ayah dan ibu tak
sabar ingin tahu bagaimana kondisimu saat ini.
“Mbak,
mau periksa” kata ayah ke receptionist
“Periksa
kandungan ya pak?” balasnya
“Iya
mbak, antri berapa nomor?” sahut ayah
“Bapak
nomor 12, bagaimana pak?” kata si receptionistnya
“lama
juga ya mbak, emangnya mulai jam berapa kok udah segitu antriannya?” tanya ayah
dengan heran
“kalau
daftar mulai jam 5 pak, tapi antriannya dibuka setengah 7” jawabnya
Tahukah
kamu anakku, waktu itu sebenarnya belum ada jam 7, dan kami dapat antrian nomor
12. Seperti biasa sebelum periksa ke dokter, ibumu cek tekanan darah dulu, dan
yang membuat ayah khawatir waktu itu, ibumu tensinya rendah,90. Akhirnya kami
makan dulu lalu sholat isya sebelum ibumu diperiksa.
Sayang, di tengah
ketidaksabaran kami yang ingin melihat kondisimu, kami harus berusaha sabar menunggu
antrian. Bahkan ibumu sampai ketiduran karena kelaman menunggu, dari jam 7 sampai
sekitar jam setengah 10 malam.
Ketika disebut nama
ibumu, entah kenapa ayah jadi agak gemetaran, ayah yang tadinya biasa-biasa
saja, menjadi seolah ragu melangkah, takut hasilnya tak sesuai harapan. Itu
yang ayah alami, apalagi ibumu yang beliaunya kamu tempati rahimnya.
“Alhamdulillah sehat bu”
kata dr. Annisar kepada ibumu yang ayah dengarkan
Ayah tak tau apa-apa,
karena waktu itu ayah ada di meja dokter, sedangkan ibumu berbaring tertutup
gorden bersama sang dokter. Namun rasa bersyukur ayah semakin tinggi mendengar
perkataan dokter itu sayang. Seandainya kamu disana juga mengetahuinya, ayah
yakin, kamu juga pasti sangat senang. Tiba-tiba ayah dipersilahkan melihat
kondisimu melalui USG.
“Ini jantungnya pak bu,
ini calon kaki, calon kepala, calon tangan, alhamdulillah sehat” kata dokter
yang membuat ayah ingin meneteskan air mata bahagia, “ini coba dengarkan suara
jantungnya” sahut dokter yang mengeraskan suara jantungmu. Ayah dan ibu
benar-benar bahagia sayang, bahagia melihatmu sehat dan tumbuh kembang dengan
baik.
Sayang, melalui goresan
kata ini, ayah dan ibu ingin mengabadikan kebahagiaan menyambut kehadiranmu.
Kelak, saat kamu sudah bisa membaca dan tumbuh dewasa, kamu bisa merasakan
kebahagiaan ayah dan ibu. Jikalau suatu saat ayah dan ibu punya salah, bacalah
goresan kata ini, dan pahamilah, bahwa sejak dalam kandungan sampai selamanya kami
akan selalu sayang padamu, kami selalu ingin memberikan yang terbaik untukmu, dan
kami akan selalu berusaha membimbingmu untuk mendekat dan mencintai Tuhanmu,
Tuhan kami, Tuhan kita semua, Allah Sang Maha Cinta.
Untukmu sayangku, buah
hati kesayangan ayah dan ibu, We Love You
Jakarta, 20 Desember
2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar