Teringat setahun yang lalu, saat kita mulai dekat, saat
kau menjadi tempat curhatku dari segala macam cinta yang kualami, begitupun kamu,
aku yang menjadi tempat curhatmu. Masih ingat di benakku, malam hari kamu menelepon
aku untuk menanyakan seseorang yang mendekatimu. Saat itu kamu cerita banyak
hal, sampai kita tertawa lepas, bahkan mungkin suaraku bisa kedengaran dari
luar rumah. Dan hal yang membuat aku merasa spesial adalah hanya aku dan Allah
yang tahu ceritamu. Iya hanya aku dan Allah, itu katamu. Cerita jaman kuliah,
cerita di kemendikbud, cerita saat kau didekati seseorang tersebut, dan sebagainya.
Semua kau ceritakan kepadaku, seolah aku adalah “suami” mu yang siap menerima
keluh kesahmu.
Tak pernah kumenyangka kurang dari 2 bulan lagi kau akan jadi pendamping hidupku. Seseorang yang selama ini menjadi sahabatku, seseorang yang selama ini menjadi tempat curhatku, akan menjadi istriku. Rasa ini masih penuh dengan rasa yang tak pernah terfikir sebelumnya. Rasa yang masih tak percaya, bahwa sepasang sahabat akan jadi sepasang anak manusia yang bersama dalam rumah tangga. Kau masih tetap dengan kegejeanmu, kepolosanmu, keluguanmu dan juga senyuman manismu.
Hai ayang beib, hai sweety, hai cinta, hai ayla “ayang lia” dan masih banyak lagi panggilan manisku buatmu. Tapi sekali lagi aku tak bisa menghilangkan panggilanku setiap ketemu kamu, TETEH. Panggilan yang melekat dari dulu, panggilan khas sunda, panggilan teman-teman kita buatmu. Masih ingat kan saat kita membuat sinetron dari episode 1 sampai 3000. Dalam sinetron itu kita mengumpamakan sepasang “kasih tak pernah sampai”. Aku katakan begitu karena aku yang waktu itu sama orang lain, begitupun kamu, berharap ke orang lain. Kita bertengkar hebat, saling menyalahkan, ujung-ujungnya ok fine cukup tau.
Baiklah, itu masa lalu kita, masa dimana kita bersenang-senang dalam bayangan, masa dimana kita berandai-andai dalam sinetron kehidupan. Kini sinetron itu telah menjadi nyata. Mengurai kisah sepasang calon pengantin yang akan hidup bersama. Dengan beraninya si begejekan meminta pada orang tua, menyeriusi anaknya, yang tidak lain dan tidak bukan adalah sahabat tercinta.
Teteh, my sweety, aylaku, yuk bersama kita menyiapkan diri. Menuju maghligai cinta yang abadi. Membina rumah tangga penuh barokah dan ridho Illahi Robbi. Ini adalah awal teh, awal dimana kita memulai kehidupan yang baru. Memang perlu bekal yang banyak tuk memulainya, namun aku yakin bekal kita akan cukup. Bukankah bekal bisa diperoleh diperjalanan juga? Iya kan, bekal akan kita dapatkan juga nanti di perjalanan rumah tangga kita. Jika kau tanya, siapkah kamu menjadi imamku mas didik??? Aku akan jawab dengan lantang, atas ijin Allah dan ridho orang tua, aku siap, lahir dan bathin. Itulah bekal awal kita, kesiapan, ya kesiapanku menjadi imammu lahir dan bathin. Yang lain??? Tak ada, tak ada bekal yang lebih berharga daripada kesiapan. Itu pandanganku teh, apakah kamu siap juga menjadi istriku teh lia??? Jawabanmu lewat whatsapp saja ya, upsss....hehehehe
Semoga ini menjadi penyemangat kita untuk mempersiapkan diri Teh. Bersama dalam suka dan duka, bersama dalam kisah rumah tangga, bersama di dunia dan di surga. Bismillah nawaitu niat karena Allah, always be there, always together, because the one and only one, you are only for me and i am only for you.