Keindahan cinta bukan karena seberapa besar dan banyak kau berikan sesuatu padanya melainkan seberapa kuat kalian bertahan dalam suka maupun duka

Minggu, 12 Juni 2016

Dear Sahabatku yang Juga Calon Istriku

Teringat setahun yang lalu, saat kita mulai dekat, saat kau menjadi tempat curhatku dari segala macam cinta yang kualami, begitupun kamu, aku yang menjadi tempat curhatmu. Masih ingat di benakku, malam hari kamu menelepon aku untuk menanyakan seseorang yang mendekatimu. Saat itu kamu cerita banyak hal, sampai kita tertawa lepas, bahkan mungkin suaraku bisa kedengaran dari luar rumah. Dan hal yang membuat aku merasa spesial adalah hanya aku dan Allah yang tahu ceritamu. Iya hanya aku dan Allah, itu katamu. Cerita jaman kuliah, cerita di kemendikbud, cerita saat kau didekati seseorang tersebut, dan sebagainya. Semua kau ceritakan kepadaku, seolah aku adalah “suami” mu yang siap menerima keluh kesahmu.

Tak pernah kumenyangka kurang dari 2 bulan lagi kau akan jadi pendamping hidupku. Seseorang yang selama ini menjadi sahabatku, seseorang yang selama ini menjadi tempat curhatku, akan menjadi istriku. Rasa ini masih penuh dengan rasa yang tak pernah terfikir sebelumnya. Rasa yang masih tak percaya, bahwa sepasang sahabat akan jadi sepasang anak manusia yang bersama dalam rumah tangga. Kau masih tetap dengan kegejeanmu, kepolosanmu, keluguanmu dan juga senyuman manismu.

Hai ayang beib, hai sweety, hai cinta, hai ayla “ayang lia” dan masih banyak lagi panggilan manisku buatmu. Tapi sekali lagi aku tak bisa menghilangkan panggilanku setiap ketemu kamu, TETEH. Panggilan yang melekat dari dulu, panggilan khas sunda, panggilan teman-teman kita buatmu. Masih ingat kan saat kita membuat sinetron dari episode 1 sampai 3000. Dalam sinetron itu kita mengumpamakan sepasang “kasih tak pernah sampai”. Aku katakan begitu karena aku yang waktu itu sama orang lain, begitupun kamu, berharap ke orang lain. Kita bertengkar hebat, saling menyalahkan, ujung-ujungnya ok fine cukup tau.


Baiklah, itu masa lalu kita, masa dimana kita bersenang-senang dalam bayangan, masa dimana kita berandai-andai dalam sinetron kehidupan. Kini sinetron itu telah menjadi nyata. Mengurai kisah sepasang calon pengantin yang akan hidup bersama. Dengan beraninya si begejekan meminta pada orang tua, menyeriusi anaknya, yang tidak lain dan tidak bukan adalah sahabat tercinta.

Teteh, my sweety, aylaku, yuk bersama kita menyiapkan diri. Menuju maghligai cinta yang abadi. Membina rumah tangga penuh barokah dan ridho Illahi Robbi. Ini adalah awal teh, awal dimana kita memulai kehidupan yang baru. Memang perlu bekal yang banyak tuk memulainya, namun aku yakin bekal kita akan cukup. Bukankah bekal bisa diperoleh diperjalanan juga? Iya kan, bekal akan kita dapatkan juga nanti di perjalanan rumah tangga kita. Jika kau tanya, siapkah kamu menjadi imamku mas didik??? Aku akan jawab dengan lantang, atas ijin Allah dan ridho orang tua, aku siap, lahir dan bathin. Itulah bekal awal kita, kesiapan, ya kesiapanku menjadi imammu lahir dan bathin. Yang lain??? Tak ada, tak ada bekal yang lebih berharga daripada kesiapan. Itu pandanganku teh, apakah kamu siap juga menjadi istriku teh lia??? Jawabanmu lewat whatsapp saja ya, upsss....hehehehe

Semoga ini menjadi penyemangat kita untuk mempersiapkan diri Teh. Bersama dalam suka dan duka, bersama dalam kisah rumah tangga, bersama di dunia dan di surga. Bismillah nawaitu niat karena Allah, always be there, always together, because the one and only one, you are only for me and i am only for you.

Jakarta, 12 Juni 2016

Jumat, 03 Juni 2016

Aku Tak Seperti

Aku tak seperti matahari, yang bisa menjadikan terang seisi bumi
Aku tak seperti rembulan, yang bisa bersinar di kegelapan malam
Aku tak seperti pohon yang rindang, yang bisa menjadi tempat teduh setiap insan
Aku tak seperti hujan, yang membuat orang senang tak kekeringan
Aku tak seperti awan, yang begitu indah dipandang
Aku tak seperti angin, yang bisa memberikan kesejukan
Aku tak seperti air, yang menjadikan orang tak kehausan
Aku tak seperti gunung, yang membuat bumi menjadi tenang
Aku tak bisa memberi lebih dan tak bisa menjanjikan
Namun tak sanggup berjalan sendiri mengarungi kehidupan
Aku hanyalah insan pembelajar
Belajar mencintai, belajar membahagiakan
Belajar untuk hidup bersama dalam rumah tangga
Aku tak seperti

For you my sweety "Lia Apriliani"

Kamis, 02 Juni 2016

Hitam dan Putih

Dari awal memang kita sudah berencana untuk membeli hp di cempaka putih setelah lamaran. Namun, aku tiba-tiba bimbang untuk menuju ke tempat itu. Bukan tanpa alasan, aku hanya memikirkan dirimu.
“Mas, beli hp nya di ITC Fatmawati aja ya”
“Loh, kenapa?, bukannya mau beli di cempaka putih?”
“Iya sih mas, tapi kasian masnya. Nanti malah jadi bolak-balik. Tadi kan udah ke Gambir buat nabung, beli bahan di Jatinegara, kalau nanti beli hp di cempaka putih, kasian mas nya pasti capek, belum lagi cek cincin mas kawin kita ke rumah, terus nganter aku pulang juga, Mendingan belinya di ITC Fatmawati aja, biar sekalian aku pulang. Jadi nggak kemalaman”.
“hmmmmmm… gitu ya.. yakin mau beli di ITC Fatmawati aja nggak di cempaka putih?
“iya” jawabku
“yakin?” tanyamu kembali
“iya” jawabku yang kedua kalinya
Namun engkau masih ragu dengan jawabanku “aku gak mau nanti sampean ngegerutu di belakang, Mending bilang aja” Desakmu
Engkau tahu apa yang ada dalam fikiranku. Aku suka gayamu dalam “memaksaku”.
Memang aku kadang suka untuk dipaksa, hehehe
“Terima kasih papa biant atas perhatianmu”, kataku dalam hati
Seketika itupun senyummu terkembang dan akhirnya motor pun melaju ke tempat awal yang sudah kita rencanakan.
Sepanjang perjalanan, kita memperhatiakn mobil yang lalu lalang, memilih model mobil yang akan kita beli nanti. Ya…walaupun hanya sebatas “impian”.
“aku lebih suka yaris, karena modelnya bagus” katamu tiba-tiba
Aku berfikir, modelnya seperti apa ya, hhhmmmmm…..
“kalau sampean suka yang mana?” Pertanyaanmu yang membuyarkan lamunanku
“kalau aku nggak suka” dan sebelum kuteruskan kau sela perkataanku, “soalnya aku suka kamu”
“hahahha, mas tau aja”
“sebenarnya mau merk apa aja ga masalah, yang penting nyaman aja sih” jawab ku dengan serius
“oia aku malah fokus nyari mobil dibandingkan rumah, hahaha” kau ketawa sejadi-jadinya
“iya, mas nya kan mau tinggal di mobil bukan di rumah”
Tiba-tiba aku teringat dengan iklan mobil yang pernah tayang di TV. Mobil yang murah meriah tapi elegan. Ya,,,, aku ingat merk mobil nya, AYLA.
Tak lama kemudian mobil yang ku maksud pun ada di tengah-tengah kemacetan. Sontak aku langsung menunjuk mobil itu sambil berkata, “mas, itu ayla, ayang lia, hahahha”
“hahaha, eh bagus juga tuh buat panggilan nya”
Aku hanya bisa tersenyum
Sepanjang perjalanan menuju cempaka putih, begitu banyak merk mobil yang kita lihat. Hingga ada ide untuk nama anak-anak kita nanti.
1. Agya Putra Biantoro
2. Brio Putra Biantoro
3. Yaris Putra Biantoro
4. Ayla Putri Biantoro
Aaaahhhh….koplaknya kita. Sampai-sampai punya ide seperti itu…
Aku membayangkan karakter anak kita itu seperti ini
1. Agya Putra Biantoro. Dia tipe orang yang pendiam, penurut soleh, mengayomi adik-adiknya.
2. Brio Putra Biantoro. Brio, terbayang dari kata brave yang artinya berani. Dia agak ngeyel, berani menghadapi tantangan
3. Yaris Putra Biantoro. Dia setipe dengan agya.
4. Ayla Putri Biantoro. Dia manja, penurut, solehah
Hingga akhirnya sampailah kita di tempat yang dituju dan mendapatkan apa yang ku mau…
Terima kasih papa biant, kau selalu tahu dan mengerti apa yang ada dalam pikiranku dan apa yang aku inginkan. Kamu memang Teee…OOOO…Peee…banget papa biant ku.


Hitam dan Putih
Jakarta, 28 Mei 2016

Topi AFM 2

Upluk coklat adalah upluk yang pertama kali kami beli saat car free day hari Minggu di Telaga Golf. Saat itu usia Dede Fayy masih 4 bulan. ...