Keindahan cinta bukan karena seberapa besar dan banyak kau berikan sesuatu padanya melainkan seberapa kuat kalian bertahan dalam suka maupun duka

Kamis, 08 Juni 2017

Meminta Secara Elegan “Memantaskan Diri Menyambut Jodoh”

“Ya sudah teh, sekarang waktunya belajar memantaskan diri di hadapan Allah, aku juga belajar kok, insyaAllah nanti akan ada yang benar-benar serius dan pantas untukmu, yakinlah”. Sebuah kalimat yang aku utarakan untuk menguatkanmu dan merubah kehidupan kita berdua.

Hari itu Sabtu pagi tanggal 16 April 2016, aku yang baru sampai di Surabaya, tiba-tiba kamu megirim pesan lewat whatsapp, sejenak aku baca, sedih, itulah perasaanku saat itu. Seandainya aku di Jakarta, pasti aku akan datang ke kosmu, membawa seplastik susu, seperti biasa aku berikan padamu, iya, itulah yang mungkin aku lakukan saat itu. Namun apadaya, aku baru turun dari kereta, dan saat itu aku berada di Surabaya. “Tenangkan dirimu, ntar aku telpon, aku turun dari kereta, nanti kalau sudah sampai mushola aku telpon” jawabku singkat saat itu karena aku masih riweuh dengan kondisiku.

Kita berbincang banyak hal, dan saat itu aku tak menyangka, diantara sekian banyak teman dan sahabatmu, akulah satu-satunya orang yang memberikan saran berbeda. Entah dalam hal apa, sampai sekarang pun aku tak mengetahuinya.

Aku tak ingin bercerita banyak tentang kita, namun disini, aku ingin menulis, terutama bagi teman –teman yang “kesulitan” menemukan jodohnya. Iya, aku ingin membagi pengalaman kita. Pengalaman yang membuat kita dibersamakan oleh Allah karena kalimat sederhana. Seperti yang aku tulis di awal tulisan ini  yang intinya “memantaskan diri di hadapan Allah”.

Entah seberapa hebat kalimat itu, seberapa manjurnya ketika dilaksanakan, setidaknya aku percaya, itulah awal aku dan kamu menjadi kita. Tuntunan Allah benar-benar begitu luar biasa. Seolah jalan menemukan jodoh “terbaik” memang sudah diberikan cahaya oleh-Nya. Kita hanya mengikuti dan berusaha menemukannya.

Aku dan kamu mencoba mulai bangun malam, memohon dengan tulus. Belajar untuk sholat taubat, tahajud, hajat, hingga istiqoroh. Mencoba mendekatkan diri pada Sang Pemilik Hati. Belajar memantaskan diri pada Robbi Izzati. Meminta namun tak memaksa, berdoa namun tak pernah putus asa dalam berusaha. Itulah akhirnya yang aku namakan Meminta Secara Elegan.

Dengan kalimat sederhana “memantaskan diri”, seolah memberikan suatu ruang tersendiri dalam hati. Tak bernafsu mengejar jodoh, pun tak memaksa segera diberikan. Karena dengan itu, kita seolah pasrah akan apa yang Allah berikan. Memang sulit untuk dilakukan, namun setidaknya dengan ditambah kata “belajar”, maka akan terasa lebih ringan. Butuh sebuah keyakinan dan tekad serta keikhlasan untuk itu.

Teh Lia juga tak menyangka, jodohnya adalah sahabatnya sendiri. Apalagi sahabat yang terkenal begejekan dan semaunya sendiri. Namun toh akhirnya, dia tahu dan sadar, Allah menunjukkan jalan-Nya. Apalagi aku, percaya tak percaya jodohku adalah sahabat sendiri yang selama ini jadi tempat curhat.  Itulah rahasia Allah Sang Maha Pembolak Balik Hati. Jika sudah waktunya pasti akan ditunjukkan, jika sudah pantas, pasti akan dipertemukan.

Semoga sedikit cerita bisa menjadi sebuah pengalaman berharga. Terlebih semoga menjadi pelajaran untuk teman yang masih sulit menemukan jodohnya. Bukankah jodoh itu di Tangan Allah? Jadi kenapa tidak mendekat dan memantaskan diri saja di hadapan-Nya jika ingin dipertemukan jodohnya. Kita bukan ahli ibadah, ahli ilmu, apalagi makhluk paling dekat dengan-Nya, tetapi setidaknya kita mencoba untuk terus belajar, belajar dan belajar memantasakan diri di hadapan-Nya.

Topi AFM 2

Upluk coklat adalah upluk yang pertama kali kami beli saat car free day hari Minggu di Telaga Golf. Saat itu usia Dede Fayy masih 4 bulan. ...